Pemudik dari Nusa Tenggara Barat ke Jawa dan Sumatera dalam Lebaran tahun ini banyak menggunakan kapal feri. Ongkos yang murah menjadi daya tarik utamanya.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pemudik dari Nusa Tenggara Barat ke Jawa dan Sumatera dalam Lebaran tahun ini banyak menggunakan kapal feri. Ongkos yang murah menjadi daya tarik utamanya.
”Kami sampai menolak penumpang karena kapasitas KM Legundi relatif terbatas. Ada sekitar 500 orang yang ditolak,” ujar Denny Nurdiana Putra dari Humas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Pelabuhan Lembar di Pelabuhan Lembar, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (1/6/2019). KM Legundi berkapasitas 1.200 orang.
Menurut Denny, pengguna kapal feri umumnya adalah penumpang yang bersama keluarganya menggunakan mobil pribadi mudik ke Jakarta, Yogyakarta, dan Lampung. Tahun lalu banyak dari mereka mudik menggunakan pesawat terbang.
”Mereka memutuskan menyeberang ke Surabaya, lalu mengendarai mobil ke tempat tujuannya. Kami anjurkan mereka ke Padangbai dulu, lalu melanjutkan perjalanan ke Jawa dan Sumatera,” ujar Denny.
Terlebih adanya larangan truk besar angkutan barang melintas di jalan raya H-7 Lebaran sehingga perjalanan para pemudik relatif lancar. Ini didukung pula adanya jalan tol di Pulau Jawa yang memungkinkan perjalanan pemudik lebih singkat tiba di kampung halaman.
Akan tetapi, Denny mengatakan, para penumpang tetap diberi alternatif karena KM Legundi menambah jadwal pelayaran pada hari Minggu. Sebelumnya, jadwal rutinnya, Senin, Rabu, dan Jumat, dengan rute Lembar-Tanjung Perak. Berdasarkan data triwulan ketiga tahun 2019, penumpang feri rute Padangbai-Lombok diprediksi naik sekitar 5 persen dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu.
”Tahun lalu, H-2 dan H-3 Lebaran, ada 2.000-3.000 sepeda motor menyeberang dari Padangbai ke Lembar. Padahal, hari-hari biasa hanya 500-600 motor menyeberang dari Padangbai,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan NTB Bayu Windia mengatakan, jumlah pemudik kapal laut dan transportasi darat Lebaran tahun ini naik 20 persen dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. Untuk mengantisipasi kenaikan penumpang itu, pihaknya menyediakan 21.000 kursi penumpang bus.
Sementara itu, terkait dengan dugaan adanya kenaikan harga tiket bus rute Mataram-Bima menjadi Rp 400.000 per orang dari Rp 250.000, Bayu belum mengetahui dan akan segera mengeceknya. ”Yang pasti sejak awal kami imbau Organda tidak menaikkan tarif. Jika itu terjadi, ada sanksi bagi perusahaan bus yang menaikkan tarif ,” ujar Bayu.