Perkuat Pelaku Usaha, Pemkot Surabaya dan Facebook Lanjutkan Kerja Sama
Kerja sama Pemerintah Kota Surabaya dengan Facebook untuk penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui program Pahlawan Ekonomi (PE) dan Pejuang Muda (PM) berlanjut. Sejak 2016, kerja sama untuk memberikan pelatihan hingga promosi dan pemasaran produk sudah bisa mencetak 9.000 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari nol dan kini bisa beromzet miliaran rupiah setiap tahun.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kerja sama Pemerintah Kota Surabaya dengan Facebook untuk penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui Program Pahlawan Ekonomi (PE) dan Pejuang Muda (PM) berlanjut. Sejak 2016, kerja sama untuk memberikan pelatihan hingga promosi dan pemasaran produk ini sudah bisa mencetak 9.000 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari nol dan kini bisa beromzet miliaran rupiah setiap tahun.
Kelanjutan kerja sama digelar bersamaan dengan peluncuran program PE dan PM, yakni #She Means Business di Kaza, Surabaya, Sabtu (1/6/2019). Dalam program tersebut, pelaku UMKM diberi kesempatan mengikut pelatihan sesuai minat hingga pemasaran produk. Mereka juga diajarkan bagaimana menarik dan merawat pembeli setia sekaligus memasarkan produk melalui media sosial agar lebih efektif.
Selama kerja sama berlangsung, menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Minggu (2/6/2019), pelaku UMKM yang bergabung dalam PE ataupun PM Pemkot Surabaya juga mendapat kemudahan untuk memasarkan produk dan hasil karya melalui media sosial. Peningkatan omzet seluruh pelaku UMKM Kota Surabaya relatif cepat karena pemkot tak berhenti menyuntikkan semangat agar mereka tak mudah putus asa.
Tidak gampang menyerah
Pelaku UMKM selalu didorong agar tidak bosan berusaha, tidak mudah lelah, dan tidak gampang menyerah dalam mengembangkan produknya. Pelatihan saja, yang bisa diikuti secara gratis dan sangat sesuai minat, tidak pernah berhenti karena rutin digelar setiap Sabtu di Kaza.
”Semua warga Surabaya yang berminat mengembangkan usaha sesuai minat, semisal membuat makanan, minuman, kerajinan tangan atau alas kaki, ataupun busana, bisa ikut pelatihan dengan syarat memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Kota Surabaya,” katanya.
Ketika bertemu pelaku UMKM, Risma bertanya, apakah peserta memilih produknya dijual dengan harga Rp 10.000 atau Rp 50.000? Jika mau seharga Rp 50.000, setiap produk harus ada nilai tambah dan keistimewaan dari buatan orang lain. Untuk itu, perlu terus belajar tiap hari bahkan Sabtu dan Minggu, dan tidak boleh berhenti berinovasi.
Semua warga Surabaya yang berminat mengembangkan usaha sesuai minat, semisal membuat makanan, minuman, kerajinan tangan atau alas kaki, ataupun busana, bisa ikut pelatihan, dengan syarat memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Kota Surabaya
Risma juga mengimbau peserta yang baru tergabung dalam PE dan PM agar segera mendaftarkan merek paten produknya. Diharapkan agar merek atau brand yang sudah dibuat tidak ditiru orang lain. ”Merek itu penting karena pada 2020 perdagangan pasar bebas sudah masuk Surabaya. Saya tidak mau pelaku UMKM kota ini kalah bersaing dan menjadi penonton di kotanya sendiri,” ujarnya.
Program kolaborasi
Tidak hanya itu, Risma yang juga menjadi kurator untuk semua produk UMKM Kota Surabaya, juga mengapresiasi Facebook melalui programnya #SheMeansBusiness. Melalui program kolaborasi ini, keterampilan serta koneksi penjualan pelaku UMKM di Surabaya semakin meningkat. Pelaku UMKM yang tergabung dalam PE dan PM terus berusaha menambah sumber daya dalam jaringan dan keterampilan.
Menanggapi hal itu, Head of Community Affairs Asia Pacific Facebook Beth Ann Lim mengaku senang karena kemitraan dengan PE dan PM dilanjutkan. Kemitraan dengan Facebook sejak 2016 semakin bermanfaat bagi pelaku UMKM Kota Surabaya. ”Kami sangat semangat dengan berlanjutnya kemitraan dengan PE dan PM untuk membantu bisnis mereka yang umumnya dibangun oleh kaum perempuan di Surabaya agar hasilnya lebih maksimal lagi,” katanya.
Tahun ini, Facebook bersama PE dan PM bahkan melanjutkan kerja sama dengan fokus pada pengembangan kapasitas dari perempuan wirausaha. Program ini meliputi modul-modul lanjutan untuk konten kreatif, Instagram Stories dan Whatsapp bisnis. Lewat modul yang akan diberikan kepada seluruh pelaku UMKM Kota Surabaya, Facebook berharap tidak hanya mendongkrak penjualan tetap mereka semakin dikenal baik di dalam maupun luar negeri.
Kami sangat semangat dengan berlanjutnya kemitraan dengan PE dan PM untuk membantu bisnis mereka yang umumnya dibangun oleh kaum perempuan di Surabaya agar hasilnya lebih maksimal lagi.
Program PE dan PM digarap Pemkot Surabaya sejak 2010. Program ini awalnya menyasar korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), eks pekerja seks komersial dari seluruh lokasilisasi yang ada di Surabaya yang sudah ditutup sejak 2014 lalu. Sasaran lain adalah ibu rumah tangga dari keluarga tidak mampu, yang dilatih terkait usaha agar bisa membantu ekonomi keluarga.
Menurut Agus Wahyudi dari bagian Humas Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda, perhatian pemkot terhadap perkembangan pelaku UMKM luar bisa besar. Tidak hanya melatih, tetapi juga menggratiskan pengurusan berbagai izin terkait usaha dan produk termasuk mengurus merek. Pemkot juga menyediakan tempat pemasaran selain melalui festival, pameran dan bazar juga ada Surabaya Square, pusat oleh-oleh yang seluruhnya produk UMKM Surabaya.
Jadi, menurut Agus Wahyudi, pemkot pun tak berhenti berkolaborasi dengan sejumlah pihak untuk meningkatkan kemampuan pemasaran pelaku usaha anggota. Salah satunya yakni menjalin kerja sama bersama Facebook melalui program #SheMeansBusiness. Program #SheMeansBusiness bertujuan untuk mengapresiasi dan memberdayakan perempuan wirausaha di seluruh Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Keterampilan digital
Sejak 2016, program PE dan PM bersama #SheMeansBusiness menjalin kolaborasi kerja sama melalui rangkaian workshop, pelatihan dan sumber materi acuan untuk keterampilan digital. Juga membekali anggota PE dengan pengetahuan terkait koneksi, keterampilan, dan teknologi sesuai kebutuhan. ”Kami juga mengenalkan tools atau alat gratis yang bisa dimanfaatkan oleh UMKM perempuan untuk memajukan bisnisnya,” kata Beth Ann Lim.
Melalui program tersebut, pihaknya juga memberikan edukasi kepada pelaku UMKM bagaimana mereka bisa melakukan customer service atau pelayanan kepada konsumen yang baik melalui Whatsapp. Hal ini penting karena dalam lingkup bisnis UMKM, hubungan relasi dengan konsumen cenderung lebih personal.
”Pelaku usaha terus diberikan pengetahuan agar bisa memiliki kemampuan pemasaran yang lebih baik melalui sosial media,” ujarnya.
Salah satu pelaku UMKM yang sukses melalui program tersebut adalah Dahliana Tuhuteru dengan produknya, ”Ina Pie”. Perempuan ini mengawali usaha membuat pie sejak 2010 lewat pelatihan yang digelar secara gratis oleh Pemkot Surabaya.
Sekarang varian rasa sudah banyak dibandingkan awalnya hanya lima rasa. Produk pie yang dikembangkan sudah menjelajah ke sejumlah kota di Nusantara meski pemasaran melalui dalam jaringan dan media sosial. Dalam situasi normal, omzetnya Rp 30 juta-Rp 40 juta per bulan.