Lewat Festival Berawa II, warga Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, ingin berbagi pesan untuk menjaga laut sebagai masa depan dunia. Ikon gurita raksasa dipilih jadi sarana meneriakan hal itu.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·2 menit baca
“Keren. Guritanya besar dan kuat. Gak salah datang ke Pantai Berawa,” kata Ni Luh Surya (36), warga Denpasar, Bali, Kamis (23/5/2019). Malam itu, Festival Berawa II, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Kabupaten Badung, dibuka selama tiga hari bertajuk "Pasisi Lango : Deep Blue Spirit”.
Semangat biru pesisir ini menampilkan instalasi satwa laut, gurita raksasa. Instalasi seni anyam bambu dan besi ini berdiri di bibir pantai setinggi 20 meter dan panjang delapan kakinya sekitar 300 meter. Semua dikerjakan 200 orang selama tiga pekan dimotori seniman desa setempat, Ketut Putrayasa. Instalasi ini juga sukses tercatat sebagai karya seni kebendaan terbesar versi Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Instalasi ini jadi kebanggaan desa. Tak hanya dipajang, pesan cinta pesisir juga tersampaikan kepada seluruh masyarakat maupun wisatawan yang datang ke Berawa,” kata Putrayasa.
Pemilihan gurita, kata Putrayasa, bukan tanpa alasan. Satwa ini cocok sebagai ikon cinta laut yang kini terancam timbunan sampah. Dia tidak hanya sekedar mahluk laut tapi juga pembagi ingatan pada manusia terhadap kondisi yang terjadi di laut. Lewat tangan-tangan yang panjang, Putrayasa berharap gurita menjadi jembatan untuk menjaga semua kehidupan.
Kepala Desa Tibubeneng I Made Kamajaya mengatakan, hal ini menjadi salah satu cara menarik perhatian publik lokal dan dunia mengunjungi desanya. Potensi wisata pantai di Bali tak hanya Kuta saja. Masih banyak pantai indah di Bali, bahkan dengan suasana yang masih asri.
“Kami tidak ingin pantai disini ramai hanya karena limpahan wisatawan dari Kuta, Seminyak, dan Legian. Kami ingin mereka datang karena Tibubeneng memang layak dikunjungi,,” ujar Kamajaya.
Setelah dua kali menggelar festival ini, Kamajaya optimis mampu membangkitkan semangat warga bersama lebih inovatif serta kreatif. Dalam festival pertama, desa memilih menggelar tari kecak berjumlah 5.555 orang dan berhasil meraih MURI.
Di tahun kedua, desa memutuskan hal yang tak biasa. Tak ada lagi tarian kolosal atau pertunjukan megah. Mereka membuat instalasi raksasa gurita dari anyaman bambu yang sebagian didanai secara swadaya.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Badung AA Yuyun Hanura Eny mengapresiasi antusias desa memajukan pariwisata bahari Pantai Berawa. Tahun ini, dinas memberikan anggaran sekitar Rp 1,2 miliar. Ia tak menyangka karya instalasi ini benar-benar menarik perhatian, terutama ketika diviralkan di media sosial. Respon masyarakat lewat media sosial pun begitu beragam dan bikin penasaran.
“Karya dan upaya ini masih jauh dari sempurna. Tapi setidaknya, kami berusaha perlahan mengirimkan pesan, cintai dan rawatlah lautmu,” kata Kamajaya.