Pencarian Diperluas, 17 ABK Kapal Kargo Belum Ditemukan
Regu pencarian 17 anak buah kapal kargo yang tenggelam di perairan Banggai Kepulauan, Bangggai Laut, dan Banggai, Sulawesi Tengah, masih belum menemukan para korban. Padahal, area pencarian terus diperluas.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS - Regu pencarian 17 anak buah kapal kargo yang tenggelam di perairan Banggai Kepulauan, Bangggai Laut, dan Banggai, Sulawesi Tengah, masih belum menemukan para korban. Padahal, area pencarian terus diperluas.
Hingga Jumat (7/6/2019) yang merupakan hari keempat operasi pencarian, tim tidak menemukan tanda-tanda korban di laut. Helikopter Superpuma dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Idura Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Tengah, sempat disiagakan untuk pencarian dari udara, tetapi tertahan di Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu karena cuaca buruk yang membahayakan penerbangan. Sepanjang hari kemarin, langit Palu mendung.
Kepala Badan Search and Rescue Nasional Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Sulteng, Basrano menyampaikan selain dengan tim di Kapal Nasional SAR Bhisma dari Pos SAR Luwuk, Banggai, tim dari kepolisian dan TNI bergerak menyisir perairan dangkal di pesisir. "Kami menyisir pulau-pulau kecil yang diduga ada korban seperti yang beredar di media sosial, tetapi tak ada tanda-tanda korban," kata Basrano di Palu, Jumat.
Pesisir-pesisir yang dijadikan sasaran penyisiran, antara lain pesisir selatan Banggai, dari Luwuk, ibu kota Banggai, hingga Kecamatan Toili. Selain itu, pesisir Pulau Peleng dan pulau-pulau kecil di sekitarnya serta pulau-pulau di Kabupaten Banggai Laut juga disisir.
Kami menyisir pulau-pulau kecil yang diduga ada korban seperti yang beredar di media sosial, tetapi tak ada tanda-tanda korban
Total 99 personel gabungan dikerahkan untuk pencarian kemarin. Pencarian akan dilanjutkan Sabtu (8/6/2019) ini. Berdasarkan standar, operasi berlangsung selama tujuh hari yang artinya jatuh pada Senin pekan depan. Operasi bisa diperpanjang selama tiga hari setelahnya.
Jumat kemarin pencarian memasuki hari keempat pencarian. Operasi pencarian 17 anak buah KM Lintas Timur dilakukan sejak Selasa (4/6/2019) atau empat hari setelah kapal tenggelam.
Pangkalan Udaran Sultan Hasanuddin Makassar membantu pencarian pada Kamis (6/6/2019) dengan pesawat Boeing sebelum diganti dengan Helikopter Superpuma kemarin.
KM Lintas Timur yang mengangkut semen tenggelam di perairan antara Banggai Laut, Banggai dan Banggai Kepulauan, Sabtu lalu. Kapal berbobot 1.720 gross ton tersebut mengangkut 18 anak buah kapal. Satu orang selamat setelah terapung selama empat hari. Ia dievakuasi oleh kapal yang melintas di sekitar.
Ia saat ini dirawat intensif di RSUD Banggai. KM Lintas Timur bertolak dari Bitung, Sulawesi Utara, menuju Morowali, Sulteng. Kapal sempat mengalami mati listrik di Bitung. Setelah diperbaiki kapal melanjutkan perjalanan hingga terjadinya kecelakaan.
Sempat beredar di medsos
Kemarin, sempat beredar informasi di media sosial yang menyebutkan ada obyek yang mirip jenazah lengkap dengan pelampung di sekitaran pulau kecil di Banggai Kepulauan. Basrano menyatakan informasi tersebut penting untuk didalami. Tim akan menyisir perairan dangkal di pesisir untuk memastikan informasi tersebut.
Direktur Kepolisian Perairan dan Udara Kepolisian Daerah Sulteng Komisaris Besar Indra Rathana menyatakan pihaknya mengerahkan semua potensi untuk menyisir pesisir yang telah dipetakan. Namun, berdasarkan pengalaman pencarian pada Kamis ada sedikit kendala, takni gelombang yang cukup tinggi yang mencapai 2 meter.
Pada Jumat (7/6/2019), Yusuf Wijaya (50), kerabat Nakhoda KM Lintas Timur Matita Putty Marthinus, mendatangi kantor Basarnas Kantor Pencarian dan Petolongan Palu. Ia berharap tim SAR menemukan para korban kapal tenggelam.
Yusuf mengaku pihak keluarga baru mengetahui kapal yang dikomandoi Matita alami kecelakaan laut setelah adanya informasi satu ABK ditemukan dalam kondisi kritis pada Selasa. Yusuf datang dari Monokwari, Provinsi Papua Barat. Ia diberi tahu oleh menantu korban yang saat ini tinggal di Jakarta. Matita berasal dari Ambon, Maluku.