Padatnya arus balik kendaraan di ruas Tol Semarang-Solo arah Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu (8/6/2019) membuat sistem satu arah atau one way diberlakukan dari ruas tol itu. Sabtu malam, one way dimulai dari KM 439 atau sekitar Bawen, sampai GT Kalikangkung, dan seterusnya hingga Tol Cikampek.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Padatnya arus balik kendaraan di ruas Tol Semarang-Solo arah Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu (8/6/2019) membuat sistem satu arah atau one way diberlakukan dari ruas tol itu. Sabtu malam, one way dimulai dari KM 442 atau sekitar Bawen, sampai GT Kalikangkung, dan seterusnya hingga Tol Cikampek.
Dari pantauan, derasnya arus balik di ruas Tol Semarang-Solo terjadi sejak Sabtu pagi. Arus kendaraan terus bertambah pada siang hingga sore, yang membuat kendaraan merayap dari sekitar Kota Salatiga hingga Semarang. Kendaraan dipacu dengan kecepatan 10-20 kilometer per jam. Sistem lawan arus diterapkan.
Sabtu malam, hasil koordinasi kepolisian dan operator tol, diputuskan one way dari KM 442 (mendekati simpang susun Bawen). "One way hingga GT Kalikangkung. Sebab, Jatingaleh dan Manyaran (arah Jakarta) juga macet, jadi dialirkan," ujar Direktur Utama PT Trans Marga Jateng, pengelola Tol Semarang-Solo, David Wijayatno.
Dengan diterapkannya rekayasa tersebut, otomatis kendaraan satu arah dari KM 442 hingga KM 70 GT Cikampek Utama pada Sabtu malam. Sebelumnya, Korps Lalu Lintas Polri telah memutuskan one way dari GT Kalikangkung hingga KM 70 Cikampek pada 7-10 Juni 2019, pukul 12.00 hingga 24.00.
One way hingga GT Kalikangkung. Sebab, Jatingaleh dan Manyaran (arah Jakarta) juga macet, jadi dialirkan
David menuturkan, salah satu upaya menekan perlambatan di Tol Semarang-Solo yakni dengan ditutupnya tempat istirahat dan pelayanan (TIP) 429. "Namun, masih tetap ada perlambatan dan mengekor sampai KM 450 sehingga rekayasa lalu lintas dilakukan," kata David.
Sementara itu, optimalisasi transaksi juga dilakukan di GT Banyumanik, dengan adanya penambahan 20 gardu. Adapun saat one way diberlakukan, total ada 22 gardu yang melayani transaksi di gerbang tol tersebut.
Direktur Lalu Lintas Polda Jateng Komisaris Besar Rudi Antariksawan, menuturkan, sejumlah kendaraan yang berhenti di bahu tol turut memperlambat arus. Itu antara lain karena pengemudi capek sehingga akhirnya menepikan kendaraan.
Rudi menuturkan, pihaknya pun menerapkan sistem lawan arus guna mengalirkan arus yang tersendat. "Selain itu, dengan proaktif kami mengimbau dan mengingatkan pengemudi agar terus melaju serta tidak berhenti di bahu tol. Berhentilah di rest area atau keluar tol lebih dulu," katanya.
Peneliti transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno, mengimbau pemudik untuk bijak dengan tidak memaksa beristirahat di TIP. Pemudik yang rata-rata bukan pengemudi profesional semestinya dapat mengukur kemampuan dirinya untuk beristirahat.
Menurut Djoko, angka kecelakaan yang sudah menurun dapat menginspirasi pemudik untuk menjaga keselamatan selama perjalanan arus balik pada masa libur Lebaran 2019. "Beristirahat keluar tol lebih bijak ketimbang berantre masuk ke TIP yang belum jelas kapan kosongnya," ujarnya.
Segitiga emas
Pada jalur arteri, kepadatan arus balik terjadi di pertigaan Exit Tol Bawen dan Simpang Bawen, yang membuat arus padat merayap hingga sekitar Kota Salatiga atau sekitar lima km. Sejumlah polisi mengatur arus, baik dari arah Semarang, Solo, maupun Magelang untuk melaju secara bergiliran.
Rudi menuturkan, Bawen menjadi simpul kepadatan karena titik temu arus dari arah Semarang, Solo, dan Yogyakarta atau segitiga emas. "Petugas kami siagakan. Di tol, kendaraan dari Semarang yang hendak keluar Bawen, kami minta terus melaju agar keluar di Salatiga atau Boyolali," ujarnya.