Perbaikan Jembatan Menunggu Debit Sungai Berkurang
Perbaikan Jembatan Waikaka di jalan Trans-Seram, Pulau Seram, Maluku, menunggu berkurangnya debit air Sungai Waitala yang masih mengalir deras di bawah jembatan tersebut.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kerusakan Jembatan Waikaka, yang menyebabkan terganggunya aliran logistik serta mobilitas warga di jalan Trans-Seram, Pulau Seram, Maluku, belum dapat diperbaiki. Perbaikan menunggu berkurangnya debit air Sungai Waitala yang masih mengalir deras di bawah jembatan tersebut.
Camat Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Adewia Wakano, saat dihubungi dari Ambon, Kamis (13/6/2019), mengatakan, pembuatan jembatan daurat bailey belum bisa dikerjakan. Sebagian ruas jembatan sepanjang hampir 50 meter itu miring sehingga berpotensi membahayakan pekerja. Jembatan tersebut patah diterjang air sungai saat hujan deras mengguyur daerah itu pekan lalu.
Jika kondisi jembatan semakin mengkhawatirkan, penumpang akan dilarang melintas.
Saat ini, semua kendaraan, termasuk roda dua, tidak bisa melintas. Penumpang yang menggunakan kendaraan harus turun, kemudian berjalan kaki di atas jembatan itu, lalu menumpang kendaraan lain di seberang jembatan. Jika kondisi jembatan semakin mengkhawatirkan, penumpang akan dilarang melintas. ”Ada petugas yang jaga,” ujar Adewia.
Jalan Trans-Seram membentang sepanjang 914 kilometer di tiga wilayah kabupaten, yakni Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur. Trans-Seram merupakan jalur utama untuk distribusi logistik di Pulau Seram, pulau terbesar di Maluku. Jalur tersebut masuk kategori jalan nasional yang pembangunannya dibiayai APBN.
Wakil Kepala Polres Seram Bagian Barat Komisaris Akmil Djapa, saat dihubungi secara terpisah, mengatakan, tim dari Balai Jalan dan Jembatan Wilayah Maluku sedang menyiapkan sejumlah peralatan untuk perbaikan. Setelah jembatan tersebut putus pekan lalu, petugas menyambung dengan material kayu untuk dilalui kendaraan. Namun, kini kondisinya tidak memungkinkan lagi untuk dilalui kendaraan.
Menurut Akmil, aliran logistik di Pulau Seram terhambat. Biasanya, jalan Trans-Seram dilalui ribuan kendaraan setiap hari. Truk pengangkut bahan pokok dan bahan bangunan dari Ambon, ibu kota Maluku, melewati jalur tersebut. Begitu pula sebaliknya, kendaraan pengangkut hasil pertanian pala, cengkeh, dan kopra dari Pulau Seram ke Ambon melewati ruas tersebut.
Untuk sementara, truk pembawa bahan pokok diangkut menggunakan feri dari Ambon ke Pulau Seram melalui Pelabuhan Amahai di Kabupaten Maluku Tengah. Sayangnya, frekuensi angkutan hanya satu kali dalam sehari. Penyeberangan Ambon-Seram selama ini menggunakan Pelabuhan Waipirit yang dilayani empat feri dari pukul 05.00 hingga 22.00. Namun, jalur ini terhambat akibat putusnya jembatan.
Jazirah Leihitu
Sementara itu, Jembatan Air Gurita di Desa Larike, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, juga patah. Jembatan sepanjang 15 meter itu ambruk setelah hujan mengguyur daerah tersebut.
Putusnya jembatan itu menghambat arus transportasi dari Ambon ke wilayah Jazirah Leihitu. Akses menuju lokasi wisata Batu Layar, ikon wisata setempat, pun lumpuh.
Kepala Polsek Leihitu Barat Inspektur Dua Johan Anakotta mengatakan, solusi yang dapat dilakukan adalah membangun jembatan bailey. Hingga Kamis siang, belum ada upaya yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku selaku penanggung jawab pembangunan jalan dan jembatan di jalur tersebut.