Mahakam Meluap, Banjir Sempat Merendam hingga 2 Meter
Oleh
SUCIPTO
·2 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS - Tingginya curah hujan yang mengguyur wilayah hulu Sungai Mahakam menyebabkan luapan air sungai di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur sejak Kamis (13/6/2019) malam. Setidaknya 1.000 warga sempat mengungsi ke rumah kerabat, rumah panggung, dan sejumlah lokasi yang lebih aman.
Dihubungi dari Samarinda, Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Dinas Ketentraman Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu, Ding Kueng, Jumat (14/6/2019), mengatakan, air Sungai Mahakam mulai naik ke permukiman sejak Kamis pukul 20.00. Hal itu terus terjadi hingga genangan air sempat mencapai 200 sentimeter di beberapa lokasi.
"Sejak kemarin, warga mengungsi dan kami evakuasi. Sekitar 100 orang diungsikan ke rumah lamin (rumah panggung) dengan ketinggian 4 meter, selebihnya kami bangun posko," ujar Kueng.
Ia mengatakan, wilayah terdampak parah terjadi di Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun dan sekitarnya. Pemerintah masih mendata wilayah terdampak karena wilayah Mahakam Ulu cukup luas dan hanya bisa dilalui dengan perahu menyusuri Sungai Mahakam dari satu desa ke desa lain.
Menurut Kueng, hingga Jumat sore, air sudah mulai surut. Tetapi ketinggian air di beberapa wilayah masih tinggi, mencapai 100 sentimeter. Listrik di rumah warga padam. Penerangan di pengungsian menggunakan genset.
Kantor kelurahan, bank, toko, dan penginapan yang berada di radius 100 meter dari tepi sungai terdampak parah. Di pengungsian, pemerintah menyediakan suplai makanan dan air minum dari toko yang tidak terdampak. Pakaian dan pasokan air bersih masih dibutuhkan pengungsi jika air tidak kunjung surut.
Menurut informasi yang dihimpun pemerintah Mahakam Ulu, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Kueng mengatakan, pada 2015, kejadian serupa pernah terjadi, tetapi tinggi air hanya sekitar 100 sentimeter dan surut dalam semalam.
Beberapa warga memilih mengungsi ke Kutai Barat, berjarak sekitar 1 jam perjalanan dengan perahu cepat. "Karena air masih tinggi, saya mengungsi ke rumah keluarga di Kutai Barat," ujar Wiwit (35), warga Ujoh Bilang.