Asia Juminten (61), warga Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, tewas di perkebunan karet dekat rumahnya sendiri, Senin (17/6/2019) malam. Kematian buruh penyadap karet ini diduga diterkam harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
RUPIT,KOMPAS—Asia Juminten (61), warga Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, tewas di perkebunan karet dekat rumahnya sendiri, Senin (17/6/2019) malam. Kematian buruh penyadap karet ini diduga diterkam harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).
Kepala Desa Sungai Jernih David Heriyadi, Selasa (18/6) mengatakan, dugaan itu muncul saat jenazah Asia ditemukan. Empat jam setelah dilaporkan hilang, kondisi jenazah ditemukan warga dengan kondisi mengenaskan, sekitar pukul 20.00. Beberapa bagian tubuh Asia robek dan patah. Keberadaan jejak telapak kaki harimau ditemukan di sekitar lokasi penemuan jenazah
"Bukti ini yang membuat warga menduga Asia tewas karena diterkam harimau. Kami berharap harimau itu ditangkap karena lokasi penemuan jenazah hanya 2 kilometer dari pemukiman,” ucapnya.
David menuturkan, konflik antara satwa liar dengan manusia terjadi sejak aktivitas perkebunan perusahaan di dekat kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat. Tidak hanya harimau, warga juga pernah melihat beruang berkeliaran di dekat permukiman warga.
“Kami menduga harimau mulai masuk ke kawasan pemukiman karena adanya aktivitas tersebut,” ucapnya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, saat ini tim dari KSDA Lahat sudah menuju lokasi untuk menelusuri penyebab kematian itu. Apabila benar, korban tewas akibat serangan harimau akan dilakukan penelusuran lanjutan untuk mencari keberadaan harimau dengan memasang camera trap. Apabila harimau itu masuk ke lahan warga, ia mengatakan satwa itu bakal dicarikan habitat idealnya.
“Sebelumnya, warga memang pernah melihat keberadaan harimau di kawasan Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu, dan Musi Rawas. Namun, belum dapat dibuktikan kebenarannya,” katanya.
Genman mengatakan, ada beberapa hal yang membuat harimau masuk ke pemukiman warga, yakni mencari makan atau terganggu aktivitas manusia, seperti penebangan liar, pertambangan, hingga perburuan. Di Sumsel, diperkirakan ada 15 ekor harimau sumatera hingga tahun 2016. Satwa itu tersebar di Pagar Alam, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas Utara, Musi Rawas, dan Ogan Komering Ulu Selatan.
Genman berharap, masyarakat di daerah rawan tidak beraktivitas di malam hingga dini hari. Alasannya, harimau adalah satwa nokturnal di periode waktu itu. Selain itu, dirinya mengimbau agar warga tidak membunuhnya.
“Pelaku pembunuhan harimau sumatera pasti terancam hukuman pidana,” katanya.