Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan I Lebih Rendah
Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan I-2019 lebih rendah daripada triwulan IV-2018. Meski demikian, pertumbuhan itu lebih tinggi daripada nasional. Pertumbuhan tersebut menempati peringkat kelima di antara provinsi-provinsi di Jawa.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan I-2019 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2018. Meski pertumbuhan itu lebih tinggi daripada nasional, Banten menempati peringkat kelima di antara provinsi-provinsi di Jawa.
Menurut Penjabat Sementara Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Banten Erry P Suryanto, seusai konferensi pers Laporan Perekonomian Provinsi Banten Periode Mei 2019, di Serang, Banten, Rabu (19/6/2019), pertumbuhan ekonomi Banten secara tahunan pada triwulan I-2019 sebesar 5,42 persen. Angka itu lebih rendah daripada triwulan IV-2018 sebesar 5,98 persen.
Akan tetapi, angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I-2019 sebesar 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi Banten pada sisi penawaran didorong lapangan usaha utama.
”Lapangan-lapangan usaha tersebut ialah industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan real estat,” ujar Erry.
Sementara pada sisi pengeluaran, meningkatnya ekspor neto dan lembaga nonprofit rumah tangga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Banten.
Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan I-2019 paling tinggi di Jawa setelah Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. ”Konsumsi masyarakat yang cukup tinggi pada Tahun Baru dan Imlek mendorong pertumbuhan ekonomi Banten,” ucapnya.
Menurut Manajer Fungsi Asesmen dan Ekonomi Keuangan Kantor Perwakilan BI Banten Jenidar Oseva, inflasi Indeks Harga Konsumen Banten secara tahunan pada triwulan I-2019 sebesar 2,97 persen. Inflasi itu meningkat sebesar 3,14 persen pada April 2019 dan 3,54 persen pada Mei lalu.
”Peningkatan tekanan inflasi itu didorong kelompok bahan makanan serta perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar,” ujarnya.
Menurut Jenidar, peningkatan itu juga didorong konsumsi dan terbatasnya stok sejumlah komoditas, seperti cabai merah, bawang putih, dan daging ayam, menjelang Idul Fitri.