Masyarakat diaspora Jawa masih terus berupaya melestarikan pemakaian bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka diharapkan menjadi motor-motor penggerak pengembangan seni dan budaya Jawa di berbagai negara.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Masyarakat diaspora Jawa masih terus berupaya melestarikan pemakaian bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka diharapkan menjadi motor-motor penggerak pengembangan seni dan budaya Jawa di berbagai negara.
Tumijan (64), keturunan Jawa yang kini tinggal di Belanda setelah pindah dari Suriname, mengatakan, bahasa Jawa masih digunakan masyarakat keturunan Jawa di Suriname ataupun Belanda. Tidak hanya orang-orang tua, tetapi generasi muda juga tetap diajarkan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
”Sedulur-sedulur ning negoro londo lan Suriname mboten saget ngomong Jowo kromo, ngomonge nganggo Jawa ngoko (Saudara-saudara di Belanda dan Suriname tidak bisa bicara bahasa Jawa halus, bicaranya pakai bahasa Jawa ngoko (kasar),” ujar Tumijan di sela-sela acara pertemuan UNS-Javanese Diaspora 2019 yang digelar Yayasan Javanese Diaspora Network-Ngumpulke Balung Pisah bersama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) di Kampus UNS, Solo, Jawa Tengah, Kamis (20/6/2019).
Menurut Tumijan, penggunaan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan sesama keturunan Jawa di luar negeri merupakan upaya melestarikan budaya Jawa. Bahasa Jawa juga dipakai dalam siaran streaming Radio Brabantse Kumpulan di Belanda dengan para pendengar masyarakat keturunan Jawa di Belanda, Suriname, dan Kaledonia Baru.
”Dalam siaran itu, kami memutar lagu-lagu Jawa, seperti campursari ataupun klenengan (musik karawitan),” kata Tumijan, yang juga merupakan penyiar Radio Brabantse Kumpulan dalam bahasa Jawa.
Nawawi (68), keturunan Jawa yang tinggal di Kampung Air Hitam, Johor, Malaysia, mengatakan, masyarakat Kampung Air Hitam sebagian besar merupakan diaspora Jawa. Mereka sehari-hari hingga saat ini masih menggunakan bahasa Jawa.
”Akan tetapi, untuk anak-anak muda, mereka mengerti bahasa Jawa, tetapi tidak bisa ngomong-nya,” ujar Nawawi, juga dalam bahasa Jawa.
Empu Paripurna Bidang Pedalangan di Institut Seni Indonesia Surakarta Manteb Sudarsono mengajak diaspora Jawa mengembangkan seni dan budaya Jawa di negara tempat tinggal masing-masing. Pihaknya pun siap jika diminta datang untuk melatih mendalang. Selain itu, diaspora Jawa juga diharapkan terus mengeratkan tali persaudaraan.
Kepala Pusat Studi Javanologi (Institut Javanologi) UNS Setyo Budi mengatakan, diaspora Jawa bisa menjadi motor penggerak dalam pengembangan seni dan budaya Jawa di dunia. Energi besar diaspora Jawa melestarikan dan menumbuhkan kebudayaan Jawa di berbagai negara perlu dikelola dengan baik oleh pemerintah serta lembaga pendidikan tinggi, seniman, dan budayawan.
”Kita akan menjadikan satelit-satelit yang akan mengembangkan budaya Jawa di berbagai negara,” katanya.