Sebagian Warga Tegal Mulai Minta Bantuan Air Bersih
Dalam kurun waktu seminggu, empat desa di Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengajukan permintaan bantuan air bersih kepada Palang Merah Indonesia Kabupaten Tegal. Warga mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih sejak sebulan terakhir.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Dalam kurun waktu seminggu, empat desa di Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, mengajukan permintaan bantuan air bersih kepada Palang Merah Indonesia Kabupaten Tegal. Warga mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih sejak sebulan terakhir.
Kepala Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal Sunarto mengatakan, keempat desa itu adalah Kertasari, Jatimulya, Harjasari, dan Gembongdadi. Menurut dia, daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang kerap terdampak kekeringan.
”PMI akan mendistribusikan air ke empat desa tersebut paling lambat akhir Juni. Sebab, kami masih menunggu kedatangan truk tangki PMI yang saat ini dipinjam untuk mendistribusikan air bersih di Palu, Sulawesi Tengah,” ujar Sunarto, saat dihubungi, Jumat (21/6/2019).
Ia menambahkan, setelah truk tiba, bantuan air bersih akan segera didistribusikan. Tahun ini, PMI Kabupaten Tegal menyiapkan anggaran sebanyak Rp 50 juta dan 375.000 liter air bersih untuk mengatasi kekeringan. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan setahun lalu. Tahun lalu, PMI Kabupaten Tegal mendistribusikan 492.000 liter air bersih untuk 63.276 jiwa di 19 desa di Kabupaten Tegal.
Menurut Sunarto, jumlah air yang didistribusikan tahun ini dikurangi karena PMI berharap masyarakat belajar memanfaatkan sumber-sumber air yang ada. Dengan demikian, dari tahun ke tahun, jumlah warga terdampak bisa terus berkurang.
”Kami berharap banyak warga yang berinisiatif mencari sumber mata air baru seperti yang dilakukan masyarakat Desa Banjaragung, Kecamatan Warureja. Dulu, mereka bergantung pada air pamsimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) dan bantuan air kalau sedang musim kemarau. Sekarang, mereka punya sumur bor bersama yang bisa memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari masyarakat setempat,” tutur Sunarto.
Jumlah air yang didistribusikan tahun ini dikurangi karena PMI berharap masyarakat belajar memanfaatkan sumber-sumber air yang ada.
Berdasarkan pantauan, Jumat sore sebagian warga Kertasari, Kecamatan Suradadi, mengantre di salah satu sumur pompa untuk mendapatkan air bersih. Warga Kertasari mengeluh, sudah sekitar sebulan air pamsimas jarang mengalir. Akibatnya, warga harus membeli air di sumur bor tersebut.
”Bisa dikatakan, sumur bor ini satu-satunya sumber air yang masih ada airnya. Di masa-masa seperti ini, air rasanya sudah seperti barang mewah bagi warga Kertasari,” ucap Ali Murtopo (42), warga Kertasari.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rata-rata warga Kertasari membutuhkan sekitar 120 liter air per hari. Adapun harga untuk 120 liter air di sumur pompa sebesar Rp 5.000.
Ali menyebutkan, keberadaan sumur bor menguntungkan warga. Sebab, warga Kertasari memiliki alternatif lain selain membeli air dari penjual air keliling. Air keliling dijual dengan harga Rp 3.000 untuk setiap satu jeriken ukuran 25 liter.
”Saat belum ada sumur, kami harus mengeluarkan uang sekitar Rp 15.000 per hari untuk membeli air yang dijual keliling. Sekarang, kami sudah punya alternatif lain,” ucap Ali.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal Tedjo Kisworo mengatakan, Jumat siang, pihaknya sudah menyalurkan bantuan air bersih ke Desa Kertasari sebanyak 5.000 liter. Kegiatan penyaluran air bersih akan terus dilakukan BPBD hingga akhir masa kemarau yang diprediksi September mendatang.