Sejumlah siswa sekolah korban banjir bandang di Konawe Utara tetap bersekolah dalam kondisi terbatas. Mereka membutuhkan perhatian terkait kelanjutan pendidikan sebab hilangnya tempat tinggal, juga kondisi sekolah yang rusak terendam banjir bercampur lumpur.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KONAWE UTARA, KOMPAS — Sejumlah siswa sekolah korban banjir bandang di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, tetap bersekolah dalam kondisi terbatas. Mereka membutuhkan perhatian terkait dengan kelanjutan pendidikan karena hilangnya tempat tinggal, juga kondisi sekolah yang rusak terendam banjir bercampur lumpur.
Sebanyak 24 siswa dan siswi SMP 1 Asera, Desa Walalindu, Kecamatan Asera, Konawe Utara, tetap bersekolah meski sekolah mereka rusak terkena banjir bandang yang melanda wilayah ini. Mereka menumpang di sebuah sekolah dasar yang berada tidak jauh dari tempat mereka.
Wulandari (12), siswi Kelas VII, mengatakan, dirinya kehilangan semua buku, juga seragam sekolah. Hanya sebagian barang-barangnya yang sempat diselamatkan sebelum rumahnya hanyut tersapu banjir bandang.
”Cuma sedikit pakaian. Buku pelajaran tidak ada lagi. Ini mau ulangan ingat-ingat yang sudah dipelajari,” ujarnya. Ia hanya memakai kaus dan rok miliknya yang tersisa.
Kiputra (13), siswa lainnya, mengatakan, dirinya tidak belajar sama sekali untuk ujian kenaikan kelas kali ini sebab tidak ada sama sekali perlengkapan sekolahnya yang bisa terselamatkan.
Cuma sedikit pakaian. Buku pelajaran tidak ada lagi. Ini mau ulangan ingat-ingat yang sudah dipelajari.
Memakai kaus dan celana puntung biasa, ia hanya membawa satu pulpen pemberian gurunya. ”Rumahku hanyut, jadi kita semua menyelamatkan diri. Bapakku, Mama, dan dua adikku tinggal di pengungsian semua sekarang dan sudah seminggu lamanya,” tuturnya.
Tempat tinggal milik Kiputra, Wulandari, dan sejumlah murid lainnya tersapu banjir bandang yang menerjang Konawe Utara sejak Senin awal Juni lalu. Banjir menghanyutkan puluhan rumah dan membuat ratusan rumah rusak. Ketinggian air yang bercampur lumpur mencapai 7 meter.
Sejumlah sekolah juga rusak dan terendam lumpur. Salah satu sekolah, SMP 1 Asera, misalnya, terlihat terendam lumpur dengan ketinggian 1 meter. Beberapa bagian sekolah juga rusak akibat terjangan air.
Nurdaliah (42), salah seorang guru SMP 1 Asera, menyampaikan, terdapat total 24 siswa yang bersekolah saat ini. Sebanyak 7 orang duduk di Kelas VII dan 17 orang di Kelas VIII. Seminggu terakhir mereka mengikuti ujian akhir semester untuk kenaikan kelas.
”Mereka saat ini ujian pelajaran Agama. Saya gantikan gurunya karena rumahnya juga hanyut dan punya bayi,” ujar guru PKN ini.
Menurut Nurdaliah, untuk sementara siswa dan siswi SMP 1 Asera akan menumpang di sekolah lain beberapa waktu. Itu karena sekolah mereka belum dibersihkan dan tidak aman untuk tempat belajar-mengajar.
Sejumlah siswa, tambah Nurdaliah, juga membutuhkan bantuan karena hilangnya barang dan perlengkapan belajar. Ia berharap agar ada bantuan bagi anak-anak ini.
Kepala Desa Walalindu Yokeng mengatakan, sebanyak enam rumah warga hanyut tersapu banjir di lingkungannya. Selain itu, juga merendam puluhan rumah, termasuk sekolah.
Tak punya apa-apa
Yokeng berharap agar ada perhatian lebih dari pemerintah terkait dengan kondisi mereka, termasuk anak sekolah. ”Kami trauma karena kejadian ini. Kami tidak punya apa-apa karena rumah juga terendam lumpur. Anak-anak juga tidak aman belajar karena sekolah rusak. Semoga ada solusi bagi kami nantinya,” ucapnya.
Banjir bandang menerjang sejumlah wilayah Konawe Utara dua pekan lalu. Sedikitnya sebanyak 374 rumah hanyut dan ratusan rumah lainnya rusak akibat terjangan air bercampur lumpur. Banjir juga membuat ribuan keluarga meninggalkan rumah untuk mengungsi di posko pengungsian.
Selain Konawe Utara, banjir juga merendam tiga kabupaten lainnya, yaitu Konawe, Konawe Selatan, dan Kolaka Timur. Banjir yang diduga kuat akibat rusaknya kawasan hulu akibat pertambangan dan perkebunan skala besar ini membuat puluhan ribu jiwa terdampak.