Kapasitas Waduk dan Rawa di Lamongan Tersisa 51 Persen
Kapasitas total waduk, dan rawa di Kabupaten Lamongan saat ini tersisa 57.907.920 meter kubik atau 51 persen dari 112.785.371 meter kubik. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten Lamongan ada 12 waduk yang pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah pusat, lima jadi kewenangan pemerintah provinsi dan 27 menjadi kewenangan pemerintah kabupaten.
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Kapasitas total waduk dan rawa di Kabupaten Lamongan saat ini tersisa 57.907.920 meter kubik atau 51 persen dari 112.785.371 meter kubik. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten Lamongan, ada 12 waduk yang pengelolaannya menjadi kewenangan pemerintah pusat, 5 menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan 27 menjadi kewenangan pemerintah kabupaten.
Sebanyak 12 waduk yang menjadi kewenangan pusat adalah Waduk Gondang, Karangasem, German, Ganggang, Gempol, Mojomanis, Lopang, Rancang, Joto, Prijetan, Kalen, dan Sentir. Lima waduk dan rawa yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi adalah Waduk Rande, Rawa Semando, Rawa Cungkup, Rawa Jabung, dan Rawa Sekaran.
Sementara 27 waduk dan rawa yang menjadi kewenangan kabupaten adalah Waduk Takeran, Dukuh, Dermo, Delikguno, Tuwiri, Canggah, Kedungdowo, Lambeyan, Caling, Bowo, Kuripan, Pading, Makamsantri, Jajong, Sumurgong, Paprit, Sepanji, Bogo, Legoh, Meduran, Palangan, Rawa Sogo, Manyar, Bulu, Kwanon, Sibanget, dan Geger.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Dinas PU dan Sumber Daya Air Lamongan Jadi, Senin (24/6/2019), menyebutkan, dua waduk besar di Lamongan menyusut. Saat ini volume Waduk Gondang di Sugio tersisa 10.929.674 meter kubik atau 53 persen dari kapasitas 19.909.752 meter kubik. Adapun Waduk Prijetan di Kedungpring, kapasitasnya kini tersisa 4.324.627 meter kubik atau 77 persen dari kapasitas 5.644.752 meter kubik.
Waduk diperkirakan menyusut drastis pada puncak kemarau Agustus hingga November.
Kedua waduk kapasitas maksimalnya berkurang karena sedimentasi (pendangkalan). Waduk Gomdang kapasitas awalnya 23 juta meter kubik, sedangkan Waduk Prijetan 9 juta meter kubik. Kedua waduk jadi andalan 16.000 hektar di jaringan irigasinya. ”Waduk diperkirakan menyusut drastis pada puncak kemarau Agustus hingga November,” ujarnya.
Musim kemarau bukan hanya berdampak pada pertanian. Sebanyak 79 desa dari 16 kecamatan berpotensi dilanda kekeringan dan krisis air bersih. Ada 101 dusun masuk kategori kering langka. Itu berarti, jarak pengambilan air bersih 0-3 kilometer dan 55 dusun masuk kategori kering kritis, artinya jarak pengambilan air lebih dari 3 km.
Mengancam areal pertanian
Pemerintah setempat mengimbau warga agar mewaspadai kekeringan yang bisa juga mengancam areal pertanian dan bisa menyebabkan kebakaran.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan Yuhronur Effendi menyebutkan, peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan itu didasari pada pengalaman tahun lalu.
Menurut dia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan telah melakukan survei titik-titik embung di wilayah rawan kekeringan itu. Wilayah-wilayah yang rawan kekeringan dan krisis air bersih adalah Kecamatan Lamongan, Tikung, Sugio, Mantup, Kembangbahu, Sukodadi, Sarirejo, Modo, Bluluk, dan Sukorame. Selain itu juga Kecamatan Kedungpring, Sambeng, Glagah, Babat, Brondong dan Karangbinangun. Wilayah itu terdata selalu rawan kekeringan setiap musim kemarau.
Kepala Pelaksana BPBD Lamongan Mugito menyatakan, pihaknya siaga 24 jam dengan empat armada tangki untuk memasok air. Desa-desa yang masuk kategori rawan kekeringan tetap menjadi perhatian pemerintah. BPBD sudah mulai memasok air bersih ke Desa Sambangan, Bulumargi, dan Sumberagung di Kecamatan Babat.