Musim Kemarau, Ketersediaan Air di Waduk Jatiluhur Mencukupi
Perum Jasa Tirta II Jatiluhur memastikan ketersediaan air di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mencukupi hingga musim kemarau usai. Masalah pendangkalan saluran irigasi menjadi kendala penyebab debit air yang dialirkan tidak maksimal. Diperlukan revitalisasi irigasi agar distribusi air lancar.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Perum Jasa Tirta II Jatiluhur memastikan ketersediaan air di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mencukupi hingga musim kemarau usai. Masalah pendangkalan saluran irigasi menjadi kendala penyebab debit air yang dialirkan tidak maksimal. Diperlukan revitalisasi irigasi agar distribusi air lancar.
Direktur Operasi Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Antonius Aris, Senin (24/6/2019), mengatakan, persediaan air diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan industri, air baku minum, dan irigasi hingga akhir musim kemarau atau Desember 2019.
”Perum Jasa Tirta II Jatiluhur memastikan ketersediaan air di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mencukupi hingga musim kemarau usai. Masalah pendangkalan saluran irigasi menjadi kendala penyebab debit air yang dialirkan tidak maksimal. Diperlukan revitalisasi irigasi agar distribusi air lancar,” katanya.
Kebutuhan air untuk beberapa sektor itu diperkirakan mencapai 4,151 juta meter kubik hingga akhir tahun. Rinciannya, 3.053 juta meter kubik untuk irigasi, 367 juta meter kubik untuk industri, dan air baku minum sebanyak 729 juta meter kubik.
Perum Jasa Tirta II Jatiluhur memastikan ketersediaan air di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mencukupi hingga musim kemarau usai. Masalah pendangkalan saluran irigasi menjadi kendala penyebab debit air yang dialirkan tidak maksimal. Diperlukan revitalisasi irigasi agar distribusi air lancar.
Kebutuhan air itu tersebar di Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu. Menurut Kepala Divisi Sumber Daya Air dan Sumber Daya Listrik Budy Gunady, pengairan sawah yang mengandalkan irigasi dari Waduk Jatiluhur sebesar 81 persen. Dari total 564.085 hektar dalam dua musim tanam, ada sebanyak 220.000 hektar sawah yang saat ini telah mendapat aliran air dari Jatiluhur.
Aris menambahkan, sebenarnya jumlah air di Waduk Jatiluhur dapat mencukupi kebutuhan irigasi. Namun, jumlahnya berkurang dalam proses distribusinya, antara lain karena ada pendangkalan dan penyempitan saluran.
Ia mencontohkan, saluran yang mengalami hal itu, ketika dikeluarkan air sebanyak 87 meter kubik, ternyata hanya 55 meter kubik yang mencukupi. Akibatnya, lokasi persawahan yang letaknya di ujung atau berjarak jauh dari saluran tidak kebagian sehingga menjadi kekurangan air.
Perbaikan
Kerusakan saluran irigasi berpotensi memperparah masalah kekurangan air. Debit air berkurang drastis di daerah hilir akibat terjadi pendangkalan di sepanjang saluran. Kondisi ini dirasakan sebagian petani di Karawang, irigasi persawahan di wilayah itu berasal dari Waduk Jatiluhur.
Saepul (36), petani di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, mengeluhkan debit air irigasi yang sedikit sehingga menunda proses pengolahan sawah garapannya. Selain itu, tanggul air irigasi di desanya sempat rusak sehingga volume air menjadi sedikit.
Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Dinas Pertanian Karawang Edi Suryana, berdasarkan data tahun 2016, ada sebanyak 1.047.482 meter saluran irigasi tersier yang perlu diperbaiki. Saat ini, setidaknya 1.000 meter saluran ditargetkan selesai akhir tahun. Perbaikan itu berupa pembuatan turap, kolam pembagi, dan pintu air yang sudah tidak layak.