Sejumlah toilet gantung dibangun satu gedung dengan Pasar Ikan Mardika, Kota Ambon, Maluku. Banyak pedagang mengambil air dekat pembuangan toilet itu untuk menyiram atau merendam ikan sebelum dijual. Kuat dugaan, bakteri Escherichia coli telah mencemari banyak ikan yang dijual di pasar ikan terbesar Kota Ambon itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sejumlah toilet gantung dibangun satu gedung dengan Pasar Ikan Mardika, Kota Ambon, Maluku. Banyak pedagang mengambil air di dekat pembuangan toilet itu untuk menyiram atau merendam ikan sebelum dijual. Kuat dugaan, bakteri Escherichia coli telah mencemari banyak ikan yang dijual di pasar ikan terbesar Kota Ambon itu.
Menurut pantauan Kompas pada Senin (24/6/2019), terdapat delapan bilik toilet yang dibangun menyatu dengan Pasar Ikan Mardika. Toilet itu dapat digunakan untuk membuang air besar, kencing, dan mandi. Kotoran yang mengalir pada saluran pembuangan toilet itu langsung mengarah ke bawah dan bercampur dengan air laut.
Pasar ikan yang besar hanya ada di sini. Jadi terpaksa saja. Nanti, kan, dimasak.
Di dekat toilet itu sejumlah pedagang mengulurkan alat timba untuk mencedok air laut. Air itu lalu digunakan untuk menyiram dan meredam ikan agar kelihatan tetap segar. ”Tidak apa-apa. Nanti kalau (kumannya) kena ikan air panas, pasti mati,” ujar Mato, pedagang yang mengambil air di dekat toilet gantung itu.
Sejumlah warga yang membeli ikan di pasar itu tampak tidak terlalu peduli terhadap kondisi tersebut. Mereka membeli ikan yang disiram dengan air laut itu. ”Pasar ikan yang besar hanya ada di sini. Jadi terpaksa saja. Nanti, kan, dimasak,” ujar Mitha Paays, ibu rumah tangga.
Terkontaminasi
Kepala Seksi Tempat Pelelangan Ikan Dinas Perikanan Kota Ambon Selly Silooy mengatakan, besar kemungkinan banyak ikan yang dijual di pasar itu sudah terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E coli). Ke depan, pihaknya akan mengusulkan kepada dinas terkait agar mendesain ulang tata letak pasar ikan itu. ”Geli juga lihat model begini,” ujarnya saat berada pasar itu.
Ia menuturkan, di Pasar Ikan Mardika terdapat lebih kurang 150 orang yang aktif berjualan setiap hari. Di luar jumlah itu terdapat banyak pedagang musiman. Dalam satu hari, tingkat konsumsi ikan di Kota Ambon dan sekitarnya mencapai 15 ton. Separuh dari ikan yang dikonsumsi itu dibeli di Pasar Ikan Mardika.
Pada Senin siang, tim Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Ambon mendatangi Pasar Mardika, Ambon. Mereka mengambil sejumlah sampel baik ikan segar maupun ikan kering untuk diuji tingkat keamanannya. Mereka akan menguji ada tidaknya kandungan formalin dan atau E coli. Tim itu juga mendatangi salah satu swalayan yang menjual ikan untuk mengambil sampel.
Jika nanti hasil uji laboratorium menunjukkan adanya hama atau penyakit pada sampel itu, kami berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjutinya.
Ridwan, staf pada bagian Pengendali Hama Penyakit Ikan Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan, mengatakan, hasil uji sudah dapat diketahui paling lambat satu pekan. Hasil itu akan disampaikan kepada publik. ”Jika nanti hasil uji laboratorium menunjukkan adanya hama atau penyakit pada sampel itu, kami berharap pemerintah daerah dapat menindaklanjutinya,” ujar Ridwan.
Berdasarkan catatan Kompas, pada 2014, Yosmina Tapilatu, peneliti pada Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Biota Laut Teluk Ambon, yang kini telah berganti nama menjadi Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu, menemukan jumlah kepadatan bakteri berbahaya di Teluk Ambon sangat tinggi.
Terdapat 3.300 sel bakteri Escherichia coli (E coli) dan 27.100 sel bakteri Coliform total pada setiap 100 mililiter air. Padahal, ambang batas kepadatan E coli tidak boleh lebih dari 200 sel dan Coliform tidak boleh lebih dari 1.000 sel pada setiap 100 mililiter air. Lokasi dengan kadar E coli paling parah adalah Pasar Ikan Mardika.