Seiring perubahan jaman dan perubahan selera pasar, jaran kepang yang menjadi kesenian tradisional khas Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengalami sejumlah bentuk perubahan. Tidak hanya pada gerakan tarinya, perubahan pun juga terjadi pada kostum dan tiruan kuda yang dimainkan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS-Seiring perubahan jaman dan selera pasar, jaran kepang yang menjadi kesenian tradisional khas Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mengalami sejumlah bentuk perubahan. Tidak hanya pada gerakan tarinya, perubahan pun juga terjadi pada kostum dan tiruan kuda yang dimainkan.
Supriwanto (32), perajin, mengatakan, tiruan kuda yang terbuat dari anyaman bambu kini dihiasi dengan gambar atau motif yang demikian beragam. Jika di masa lalu cukup dihiasi dengan motif batik atau ukiran, kini tiruan kuda dihiasi beragam gambar tokoh-tokoh animasi.
“Sekarang ini, tokoh kartun seperti Hello Kitty dan Doraemon pun ikut menghiasi tiruan kuda dari kesenian jaran kepang,” ujar perajin tiruan kuda asal Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung ini, Rabu (26/6/2019).
Supriwanto mengatakan, lukisan tokoh-tokoh animasi tersebut dibuat berdasarkan permintaan pelanggan. Sebagian meminta gambar-gambar unik tersebut untuk kebutuhan pementasan. Sedangkan yang lainnya memesan tiruan kuda itu untuk kado ulang tahun bagi anak-anak.
Supriwanto mengatakan, dirinya pun juga kerap menerima permintaan gambar tokoh animasi untuk dibubuhkan di kuda. Meneruskan usaha kerajinan tiruan kuda yang sudah dirintis kakeknya sejak tahun 1931, dia mengatakan, permintaan gambar-gambar kartun ini, baru mulai ramai diterimanya selama lima tahun terakhir.
Supriwanto yang juga menjadi ketua Pembina Paguyuban Jaran Kepang Temanggung, mengatakan, selain tiruan kuda, beragam variasi dan modifikasi juga terjadi pada gerakan tari jaran kepang. “Saat ini, di Kabupaten Temanggung, telah berkembang puluhan variasi gerakan jaran kepang yang berbeda-beda,” ujarnya.
Sutrisno (70), perajin kostum penari jaran kepang asal Kecamatan Jumo, mengatakan, perubahan juga terjadi pada kostum penari. Jika dahulu penari jaran kepang hanya memakai baju putih dan rompi, sekarang penari jaran kepang mengenakan hiasan di dada atau disebut badong.
Tidak hanya itu, sejumlah kelompok kesenian juga terkadang menampilkan pentas jaran kepang dengan menghias diri menjadi figur raksasa, dengan berbagai aksesoris tambahan, menyerupai pentas kesenian Leak, khas Bali
Nuryanto, dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, mengatakan, kreativitas dalam kesenian rakyat seperti jaran kepang, memang sulit dibendung. Kreasi baru dalam bentuk apa pun bebas dilakukan karena memang kesenian tersebut berbasis pada keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Kendati demikikian, menurut dia, pemerintah daerah pun harus bereaksi cepat menanggapi situasi dengan cara memberikan batasan atau aturan-aturan tertentu. Tujuannya, agar kesenian rakyat tersebut tidak jauh melenceng dari awal bentuk kesenian tersebut pertama kali diciptakan.
“Jika masyarakat dibiarkan bebas, sebebas-bebasnya berkreasi, maka kesenian rakyat tersebut akan berubah total, sehingga akhirnya jejak orisinalitasnya akan sulit dikenali,” ujarnya.
Sri Haryanto, anggota Tim Perumus Identitas Jaran Kepang Temanggungan, mengatakan, Pemerintah Kabupaten Temanggung saat ini akan berupaya merumuskan pakem, aturan bagi pengembangan kesenian jaran kepang ke depan. “Kami memang tidak mungkin memaksakan masyarakat dan seniman untuk tampil dalam versi lama seperti pentas di era tahun 1970-an. Namun, kami berupaya memberi batasan agar gerakan tari, kostum dan musik di masa kini, tidak total meninggalkan konsep asli saat tari ini diciptakan,” ujarnya.