Tradisi Langka Dayak Long Gliit Didorong Jadi Promosi Wisata
Suku dayak long gliit yang bermukim di Desa Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, bakal menggelar prosesi adat lima tahunan Nemlaai pada 4 Juli-14 Juli. Pemerintah daerah setempat berharap tradisi ini bakal menggenjot sektor wisata di kabupaten yang baru berusia enam tahun ini.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Suku dayak long gliit yang bermukim di Desa Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, bakal menggelar prosesi adat lima tahunan Nemlaai pada 4 Juli-14 Juli. Pemerintah daerah setempat berharap tradisi ini bakal menggenjot sektor wisata di kabupaten yang baru berusia enam tahun ini.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Embao\' Blaam Desa Long Tuyoq, Kawit Tekwan, mengatakan, nemlaai berarti menang. Dengan demikian, upacara adat ini adalah bentuk ungkapan keberhasilan, kemenangan, dan kesatriaan yang dilaksanakan khusus oleh kaum pria.
"Keturunan dayak long gliit (dibaca long glaat) akan pulang dan berkumpul, termasuk yang di perantauan. Ini sebentuk ucapan syukur atas keberhasilan di bidang masing-masing," ujar Kawit, dihubungi dari Balikpapan, Senin (1/7/2019).
Ia mengatakan, prosesi adat ini merupakan tradisi spesial karena dilaksanakan hanya lima tahun sekali setiap bulan Juli. Pada masa silam, prosesi adat ini diadakan untuk merayakan kemenangan perang anak laki-laki. Kawit mengatakan, seiring perkembangan zaman, makna perang bergeser menjadi usaha untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup.
Dalam agenda nemlaai, diadakan juga prosesi adat ne\'laam, yakni peresmian nama adat anak dayak long gliit sekaligus disahkannya mereka untuk mengenakan pakaian adat. Tahun ini, sebanyak 50 anak akan mengikuti prosesi ne\'laam.
Pada masa silam, prosesi adat ini diadakan untuk merayakan kemenangan perang anak laki-laki. Seiring perkembangan zaman, makna perang bergeser menjadi usaha untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup.
Akses
Desa Long Tuyoq yang berada di bagian hulu sungai Mahakam masih sulit diakses. Cara menuju desa ini hanya melalui jalur air menggunakan perahu dari bandara perintis di Desa Long Lunuq atau dari Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Mahakam Ulu, Kristina Tening, mengatakan, wisata tradisi dan alam menjadi keunggulan Mahakam Ulu. Namun, akses jalan yang minim membuat kunjungan dari luar Mahakam Ulu menjadi penghalang.
"Setiap bulan ada saja kunjungan ke Mahakam Ulu sekitar 5 pengunjung. Pemerintah memfasilitasi dengan menggiatkan promosi ke media sosial, media massa, dan website pemerintah kabupaten," kata Tening.
Wisata ke Mahakam Ulu memang tidak bisa disamakan dengan berwisata ke daerah lain. Wisata budaya ke sana berarti bercengkrama dengan masyarakat yang masih memegang tradisi dan berdampingan dengan alam. Wisatawan juga perlu menyisihkan waktu cukup panjang karena perjalanan dari satu tempat ke tempat lain tidak sebentar.
"Tapi masyarakat di desa-desa sudah cukup sadar wisata. Rumah masyarakat bisa dijadikan penginapan, dilengkapi dengan paket makan," ujar Tening.
Ia mengatakan, saat ini pemerintah daerah masih melakukan pendataan kekayaan budaya yang ada di Mahakam Ulu. Selain itu, berbagai catatan dan penelitian juga tengah dikumpulkan sebagai arsip. Hal itu akan membantu penelitian yang dilakukan di Mahakam Ulu yang bisa digunakan sebagai informasi bagi wisatawan.