Penanganan kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, diklaim membaik. Temuan baru warga yang terjangkit hepatitis A tak lagi membludak. Jumlah pasien rawat inap juga berkurang. Bupati Pacitan Indartato, Selasa (2/7/2019), menyatakan, belum ada laporan baru warga yang terkena hepatitis A. Jumlah warga yang terjangkit sebanyak 975 orang dari sembilan kecamatan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
PACITAN, KOMPAS – Penanganan kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, diklaim membaik. Temuan baru warga yang terjangkit hepatitis A tak lagi membludak. Jumlah pasien rawat inap juga berkurang.
Bupati Pacitan Indartato, Selasa (2/7/2019), menyatakan, belum ada laporan baru warga yang terkena hepatitis A. Jumlah warga yang terjangkit sebanyak 975 orang dari sembilan kecamatan.
Hingga saat ini, pasien hepatitis A yang masih menjalani rawat inap tersisa 30 orang. Sebanyak 20 orang di antaranya dirawat di Puskesmas Ngadirojo. Lima orang dirawat di Puskesmas Sudimoro. Tiga orang dirawat di RSUD Dr Darsono. Masing-masing satu orang dirawat di Puskesmas Wonokarto dan Puskesmas Tegalombo.
Jumlah itu jauh turun dibandingkan dengan masa hepatitis A merebak di Bumi 1001 Goa, julukan Pacitan, kabupaten di Jatim bagian barat daya. Sepuluh hari lalu, pasien yang terpaksa dirawat inap melonjak sampai 103 orang dalam sehari.
Penyebaran hepatitis A di Pacitan telah dikendalikan oleh tim lintas sektoral
Jika tidak ada lagi temuan kasus baru, lanjut Indartato, dirinya mempertimbangkan mencabut status kejadian luar biasa pada pertengahan bulan ini. “Penyebaran hepatitis A di Pacitan telah dikendalikan oleh tim lintas sektoral,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono menambahkan, kasus hepatitis A awalnya diketahui berasal dari Desa Sudimoro di Kecamatan Sudimoro. Beberapa hari kemudian, kalangan warga Sudimoro lainnya dinyatakan terserang hepatitis A. Dari penyelidikan tim lintas sektoral, penyebaran hepatitis A melalui makanan atau minuman kemudian orang ke orang.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim Kohar Hari Santoso di Surabaya mengatakan, hasil pasti media penularan penyakit akibat virus hepatitis itu masih terus diselidiki. Namun, tim Kementerian Kesehatan dan lintas sektoral mencurigai media penularan ialah makanan dan air bersih.
Masa inkubasi
Masa inkubasi virus hepatitis bisa mencapai 50 hari. Dalam kurun waktu itu, penularan melalui makanan dan minuman amat mungkin terjadi. Kasus mulai diketahui terjadi pada Rabu (8/5) di Desa Sudimoro. Saat itu merupakan masa Ramadhan dimana warga turut mengonsumsi makanan dan minuman buatan orang lain. Dalam masa inkubasi virus hepatitis A, di masyarakat juga marak hajatan pernikahan dimana lazim disajikan berbagai makanan dan minuman.
Misalnya, apakah air dalam minuman yang dikonsumsi sudah melalui proses pemasakan yang baik atau tidak
Menurut Kohar, yang dicemaskan bukan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat, melainkan apakah proses pembuatannya bersih dan higienis atau tidak. "Misalnya, apakah air dalam minuman yang dikonsumsi sudah melalui proses pemasakan yang baik atau tidak," ujarnya.
Dugaan lainnya, penularan hepatitis A berawal dari persoalan sumber air bersih yang diduga terdapat virus penyakit tersebut. Sumber air yang biasanya digunakan oleh warga berasal dari sungai-sungai yang diyakini tercemar oleh limbah rumah tangga.
Di sisi lain, Pacitan merupakan salah satu kabupaten pertama yang menyatakan 100 persen tidak ada warganya buang air besar di sungai atau ODF. Kondisi itu bahkan sudah terpenuhi sejak 2017. Namun, penelitian laboratorium oleh tim lintas sektoral terkait hepatitis A mendapatkan fakta bahwa pada air sungai masih ditemukan bakteri negatif Escherichia coli (E coli).