Jalan darurat selebar sekitar 3 meter mulai difungsikan untuk menghubungkan ruas jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Konawe, Sulawesi Tenggara. Meski demikian, tonase kendaraan dibatasi agar timbunan tidak kembali ambles.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·2 menit baca
KONAWE, KOMPAS — Jalan darurat selebar sekitar 3 meter mulai digunakan untuk menghubungkan ruas jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Konawe, Sulawesi Tenggara. Meski demikian, tonase kendaraan dibatasi agar timbunan tidak kembali ambles.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Wilayah II Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XXI Kendari, Rudi Rachdian, mengatakan, jalan darurat bisa digunakan sejak Kamis (4/7/2019) pagi. Sejumlah kendaraan kecil mulai bisa melintas, baik dari maupun menuju Kendari. ”Namun, kendaraan masih dibatasi agar tidak ambles lagi. Untuk truk belum bisa melintas,” ucap Rudi.
Jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kelurahan Rawua, Sampara, sepanjang 50 meter itu adalah akses utama pengendara dari dan menuju Kota Kendari. Jalan ini sedikitnya menghubungkan lima kabupaten dan dua provinsi.
Menurut Rudi, penimbunan total jalan yang ambles akan dilakukan setelah pengerjaan pipa PDAM tuntas dilakukan. Pengerjaan jalan darurat hingga permanen menunggu selesainya pekerjaan pipa.
Sebuah pipa utama PDAM Tirta Anoa Kendari yang berada di bawah jalan di kedalaman sekitar 6 meter rusak dan mengucurkan air dengan deras. Pipa utama berdiameter 24 inci yang rusak itu harus diangkat terlebih dahulu. Pelayanan air bersih ke enam kecamatan dengan sekitar 15.000 pelanggan ikut terhenti.
Sejak Rabu, perbaikan pipa mulai dikerjakan. Perbaikan pipa ini berimbas pada pengerjaan penimbunan yang terhenti.
Direktur Utama PDAM Tirta Anoa Kendari Damin menyampaikan, empat pipa telah diangkat hingga Kamis pagi. Pengurasan air akan dilakukan sebelum pembuatan penahan yang dilanjutkan dengan pemasangan kembali pipa utama.
”Tapi kami juga tidak bisa cepat karena sebagian jalan sudah dibuka. Kami berusaha maksimal semoga hari ini sudah selesai. Paling lambat besok mudah-mudahan,” kata Damin.
Pelanggan PDAM menginginkan agar pengerjaan pipa segera tuntas. Sementara pengendara juga menginginkan agar pekerjaan jalan segera tuntas.
Akibat amblesnya jalan, kendaraan logistik, khususnya kendaraan berat, harus mencari cara untuk melintas atau mencari jalan alternatif. Dengan demikian, biaya dan waktu perjalanan menjadi berlipat.