Thoriq Rizki (15), pelajar lulusan SMP Negeri 4 Bondowoso, Jawa Timur, hingga kini belum ditemukan ketika mendaki Gunung Ranggeno bersama tiga temannya. Hingga hari ini sudah 11 hari Thoriq hilang dan belum ditemukan.
Oleh
Andreas Benoe Angger Putranto
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Thoriq Rizki (15), pelajar lulusan SMP Negeri 4 Bondowoso, Jawa Timur, hingga kini belum ditemukan ketika mendaki Gunung Ranggeno bersama tiga temannya. Hingga hari ini sudah 11 hari Thoriq hilang dan belum ditemukan.
Thoriq hilang setelah menaklukkan puncak Gunung Ranggeno, Bondowoso, setinggi 1.582 meter di atas permukaan laut. Medan pendakiannya terjal dengan kemiringan 45-70 derajat. Jalan setapak lebarnya tak lebih dari 1 meter, dengan jurang di kanan-kiri sedalam 300-450 meter.
Dari keterangan rekan-rekan Thoriq yang dihimpun Badan SAR Nasional (Basarnas) Jember, mereka berempat mendaki sejak pukul 05.00, Senin (24/6/2019), dari jalur pendakian Kecamatan Curahdami. Sesampai di kaki Gunung Ranggeno sore hari, mereka tetap melanjutkan perjalanan ke puncak.
”Thoriq mendaki bersama rekan-rekannya, yaitu Rizki, Pungki, dan Syafril. Namun, Syafril memilih tidak melanjutkan perjalanan dan menunggu di jalur pendakian punggung naga,” kata Komandan Tim SAR Gabungan Jember Jefriansyah yang dihubungi dari Banyuwangi, Kamis (4/7).
Pada pukul 15.50, Thoriq, Pungki, dan Rizki berhasil mencapai puncak. Sekitar 10 menit di puncak, ketiganya memilih turun karena kasihan dengan Syafril yang menunggu di bawah. Thoriq turun dengan sedikit berlari di jalan terjal. Sementara kedua rekannya memilih berjalan mundur sembari merangkak agar tidak terjatuh. Jarak Thoriq dan kedua temannya sekitar 15-20 meter.
”Saat ketiganya menuruni bukit, Syafril masih sempat melihat Thoriq. Namun, Syafril yang sibuk mengedit foto di telepon genggamnya tiba-tiba kehilangan jejak Thoriq. Pungki dan Rizki yang ada di belakang Thoriq baru mengetahui Thoriq hilang setelah tiba di tempat Syafril,” tutur Jefriansyah.
Saat kejadian, lanjut Jefriansyah, cuaca berkabut sehingga mengurangi jarak pandang. Pada saat itu juga tidak ada kelompok pendaki lain yang sedang menyusuri jalur pendakian.
Jefriansyah mengatakan, pihaknya lantas merekomendasikan penutupan jalur pendakian untuk sementara. Alasannya, sebagai lokasi wisata baru, pendakian ke puncak piramida Gunung Ranggeno tidak dilengkapi pos pemantauan untuk mendata pendaki atau memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan pendakian.
Seorang pendaki sekaligus warga Bondowoso, Nety Reysiana Dewi, mengatakan, dirinya pernah beberapa kali mencoba mendaki Gunung Ranggeno. Menurut dia, jalur pendakian Gunung Renggeno termasuk ekstrem.
”Kendati tidak terlalu tinggi, jalur pendakiannya curam dan menanjak. Jalan setapak yang ada tepat di pertemuan dua sisi punggung bukit. Lebarnya tidak lebih dari 1 meter. Mendaki di sana memang harus butuh persiapan fisik, mental, dan peralatan yang matang,” ujarnya.