Peringatan Hari Keluarga Nasional menjadi motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari bahwa keluarga merupakan fondasi penting dalam membangun kehidupan yang sejahtera.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Peringatan Hari Keluarga Nasional menjadi motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari bahwa keluarga merupakan fondasi penting membangun kehidupan sejahtera. Keluarga menjadi tempat pertama yang berfungsi untuk melindungi, membimbing, dan memberdayakan anggota keluarga secara sosial, ekonomi, dan budaya.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (6/7/2019), mengingatkan agar Harganas yang diperingati setiap tahun jangan hanya sekadar seremonial, tetapi harus diimplementasikan secara konkret di dalam keluarga Indonesia.
”Keluarga dan masyarakat mengambil peran sebagai tempat interaksi yang berkualitas bagi seluruh anggota keluarga dan masyarakat. Keluarga berperan penting dalam membangun budi pekerti, etika, norma dalam bermasyarakat, dan juga memperteguh Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Di tengah kemajuan zaman, banyak tantangan dalam kehidupan keluarga saat ini. Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi membuat lingkungan jadi terbuka di segala bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Pengaruh berbagai budaya itu terkadang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Menurut Puan, setiap keluarga Indonesia harus memahami bahwa Indonesia adalah bangsa besar dan beragam karena terdiri dari 714 suku bangsa, 1.100 bahasa daerah, dan 17.000 pulau.
”Oleh karena itu, keluarga harus menjadi tempat membangun sikap dalam menghargai perbedaan dan mengedepankan rasa persatuan sebagai sebuah keluarga besar Indonesia,” ujarnya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo mengatakan, tema sentral Harganas tahun ini adalah ”Hari Keluarga, Hari Kita Semua”. Tema itu mengandung makna, hari keluarga dapat dirasakan semua warga Indonesia dan dalam rangka menghidupkan kembali kesadaran kolektif akan arti penting keluarga dalam tatanan hidup sosial.
Adapun slogan Harganas ialah ”Cinta Keluarga, Cinta Terencana”. Slogan tersebut mengandung makna, sebelum membangun keluarga harus dimulai dengan perencanaan yang baik agar tercipta sebuah keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
”Dengan tema dan slogan tersebut, peringatan Harganas diharapkan dapat dijadikan sebagai momentum dan pemacu bagi keluarga Indonesia untuk terus-menerus berupaya meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar dapat menghasilkan generasi yang berkualitas,” ujarnya.
Delapan fungsi
Melalui program pembangunan keluarga, lanjut Hasto, diharapkan setiap keluarga di Indonesia menjadi keluarga yang bahagia sejahtera, meningkat kesejahteraan dan taraf hidup keluarganya. Hal itu dapat ditempuh melalui berbagai program pembinaan ketahanan keluarga serta pemberdayaan ekonomi keluarga.
”Dalam hal ini, setiap keluarga diharapkan dapat menjalankan delapan fungsi keluarga secara optimal, yaitu fungsi agama, cinta kasih, perlindungan, ekonomi, pendidikan, reproduksi, sosial budaya, dan fungsi lingkungan. Pada akhirnya, akan terbentuk generasi emas bangsa Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berkarakter,” katanya.
Menurut Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, siklus hidup manusia tidak pernah lepas dari keluarga. Karena itu, pada momentum peringatan Harganas ini, setiap orang hendaknya menghargai dan mencintai keluarganya secara tulus dan penuh kasih sayang.
”Mari bersama-sama menjaga keluarga kita karena keluarga adalah fondasi dasar untuk kuatnya sebuah bangsa dalam rangka menuju bangsa yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan kerja keras, saya yakin Indonesia semakin jaya dengan keluarga yang sehat dan sejahtera,” ucapnya.
Pada puncak peringatan Harganas XXVI di Banjarbaru, Puan yang hadir didampingi Menteri Kesehatan Nila Moeloek juga menyematkan penghargaan tanda penghormatan Satyalencana Pembangunan, Satyalencana Wira Karya, dan Manggala Karya Kencana kepada 42 kepala daerah.