Territorium Bali, Pertunjukan Kolaborasi Dipentaskan di Bentara Budaya Bali
Dewan Seni Norwegia (Arts Council Norway-Kulturradet) bersama Kementerian Luar Negeri Norwegia dan didukung Bentara Budaya Bali menghadirkan pertunjukan konser visual bertajuk Territorium Bali di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Sabtu (6/7/2019) malam. Territorium adalah pertunjukan kolaborasi lintas budaya dan bangsa yang bertujuan menemukan konsep kemanusiaan yang universal.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS – Dewan Seni Norwegia (Arts Council Norway-Kulturradet) bersama Kementerian Luar Negeri Norwegia dan didukung Bentara Budaya Bali menghadirkan pertunjukan konser visual bertajuk Territorium Bali di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Sabtu (6/7/2019) malam. Territorium adalah pertunjukan kolaborasi lintas budaya dan bangsa yang bertujuan menemukan konsep kemanusiaan yang universal.Territorium diinisiasi seniman Norwegia Øystein Elle melalui Capto Musicae bersama Janne Hoem sebagai proyek kesenian eksploratif. Territorium telah dipentaskan di beberapa negara sejak 2016, antara lain, di Norwegia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Untuk pertunjukan di Bentara Budaya Bali, Sabtu, Øystein Elle berkolaborasi dengan koreografer yang juga penari I Wayan Purwanto bersama penari kecak dari Sanggar Singamandawa, Gianyar. Adapun Janne Hoem menjadi sutradara dari pertunjukan Territorium Bali tersebut sedangkan Nina Ziegeman sebagai produser.
Dalam pementasan di Bentara Budaya Bali, Øystein Elle didukung Maren Elle yang memainkan violin. Øystein Elle menampilkan composed theatre, yang memadukan seni dramaturgi, pertunjukan multimedia, dan instrumen dalam pertunjukan Territorium Bali. Pada pertunjukan di Bentara Budaya Bali, Øystein Elle dan Janne Hoem memasukkan unsur seni Bali, di antaranya, tari kecak dan tari topeng.
Dalam semua pementasan Territorium, kami bekerja sama dan berkolaborasi dengan kreator seni dari masing-masing negara
Penari kecak dari Sanggar Singamandawa bersama I Wayan Purwanto menyuarakan tembang ritmis yang kemudian direspon dengan gesekan violin Maren Elle dan terkadang ditimpali seruan vokal dari Øystein Elle yang juga bertugas mengatur peralatan synthesizer. Penonton tidak hanya menyaksikan pertunjukan teater namun juga menonton tayangan multimedia yang sekaligus menjadi bagian dari pementasan tersebut.
Hal menarik lainnya dari pertunjukan Territorium Bali, penonton dan area pementasan nyaris tidak berbatas meskipun penonton hanya berada di sekeliling area pertunjukan. Penari topeng, bahkan Øystein Elle, berjalan melewati barisan penonton dalam pementasannya di Bentara Budaya Bali tersebut.
Ruang terbuka
Janne Hoem mengungkapkan Territorium yang berarti wilayah juga dapat dimaknai sebagai ruang terbuka. Territorium merupakan proyek eksplorasi seni dengan konsep pertunjukan konser visual menuju ruang cipta baru yang universal. “Dalam semua pementasan Territorium, kami bekerja sama dan berkolaborasi dengan kreator seni dari masing-masing negara,” kata Janne Hoem seusai pertunjukan Territorium Bali, Sabtu.
Janne Hoem menambahkan, Territorium berupaya menghubungkan akar budaya antarbangsa melalui eksplorasi lintas budaya. Menurut Janne Hoem, dapat ditemukan kemiripan unsur budaya meskipun berasal dari budaya yang berbeda. “Aspek suara dalam pertunjukan tari kecak di Bali, misalnya, ada kemiripan dengan sisi budaya Norwegia,” kata Janne Hoem.
Øystein Elle mengatakan, Territorium merupakan proyek seni yang diharapkan dapat mempertemukan budaya-budaya berbeda dari masing-masing negara atau wilayah. “Kami memulainya dari mendengar dan saling mendengarkan serta melalui dialog yang konstan,” kata Øystein Elle.
Bentara Budaya Bali memberikan ruang bagi pementasan kolaborasi semacam pertunjukan Territorium Bali. Pada April 2016, misalnya, Bentara Budaya Bali menjadi panggung pertunjukan kolaborasi Doulce Memoire (Perancis) dan musisi Sunda membawakan tembang Sunda dan komposisi klasik bertajuk “Musik Dari Negeri Yang Tlah Hilang”.
Pada Juli 2016, Bentara Budaya Bali menampilkan pertunjukan kolaborasi seni tiga negara berjudul “Breathing A Reverie” yang melibatkan seniman Carmencita Palermo (Italia), Karensa Dewantoro (Australia), dan musisi Bali Dewa Nurjana Putra dan I Made Denis.
Sebelumnya, Bentara Budaya Bali memberikan ruang untuk pertunjukan teater multimedia bertajuk “Urat Jagat” dari Kelompok Mainteater Bandung dan sutradara Australia Sandra Fiona Long pada Februari 2015.