Cerpenis asal Sidoarjo, Jawa Timur, Rakhmat Giryadi meninggal pada Senin (8/7/2019), setelah dirawat selama empat hari di rumah sakit. Selain menulis cerpen, esai, dan puisi, seniman multitalenta ini aktif bergiat di teater baik sebagai aktor maupun penulis naskah, melukis, dan berkiprah media massa.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·2 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Cerpenis asal Sidoarjo, Jawa Timur, Rakhmat Giryadi, meninggal pada Senin (8/7/2019) setelah dirawat selama empat hari di rumah sakit. Selain menulis cerpen, esai, dan puisi, seniman multitalenta ini aktif bergiat di teater, baik sebagai aktor maupun penulis naskah, melukis, dan berkiprah di media massa.
Rakhmat meninggal pada usia 50 tahun di RSUD Kabupaten Sidoarjo sekitar pukul 06.00. ”Bapak dirawat karena sakit lever,” ujar istri Rakhmat, Yunidar Zahiriah (40), di rumah duka di Perumahan Wismasari Juanda, Sidoarjo.
Rakhmat lahir di Blitar, 10 April 1969. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di IKIP Surabaya, sekarang Universitas Negeri Surabaya (Unesa), pada 1994.
Dunia seni Jatim pastinya berduka karena kehilangan Rakhmat, salah satu tokoh yang banyak memberikan teladan terhadap generasi muda.
Sejak di kampus, dia aktif berteater meski mengambil program studi seni rupa. Lelaki yang pernah menjabat Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jatim ini memuncaki kiprahnya di dunia teater dengan membina generasi muda.
Mantan Wakil Ketua Dewan Kesenian Jatim Maimura mengatakan, Rakhmat merupakan aktor teater yang hebat dalam berakting. Dia juga piawai menghidupkan naskah teater dengan menciptakan narasi-narasi baru. Kumpulan naskah dramanya: Orde Mimpi (2009) dan 3 Monolog Dua Lakon Satu Esai (2016).
”Dunia seni Jatim pastinya berduka karena kehilangan Rakhmat, salah satu tokoh yang banyak memberikan teladan terhadap generasi muda. Tidak saja berbakat, melainkan selalu bekerja secara total, bukan setengah-setengah,” kata Maimura.
Puluhan orang silih berganti memadati rumah duka. Sebagian mereka menyempatkan diri mengantar sampai ke pusara, tempat peristirahatan abadi. Tak hanya saudara, bahkan para sahabat dan rekan sejawat turut berduka. Tak ketinggalan generasi muda yang selama ini menjadi anak didik Rakhmat.
Selain bidang teater, Rakhmat memiliki perhatian besar di dunia sastra. Selama hidupnya, dia telah menelurkan banyak cerpen, esai, dan puisi.
Kumpulan cerpennya: Mimpi Jakarta (2006), Dongeng Negeri Lumut (2011), Mengenang Kota Hilang (2016), dan Revolusi Para Ikan (SatuKata, 2014, bersama cerpenis Jawa Timur). Adapun kumpulan esai teater: Senjakala Teater (2012).
Pekan lalu, Minggu, 7 Juli, cerpen karya Rakhmat berjudul ”Hantu Pohon Gayam” dimuat di harian Kompas.
Istrinya mengatakan, Rakhmat tahu cerpennya dimuat meski saat itu dalam kondisi dirawat di rumah sakit. Namun, tak disangka, cerpen itu menjadi karya pamungkas pria yang juga mengelola majalah Sastra Kalimas ini.