Tren kematian ibu di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur masih tinggi. Hingga pertengahan Juli, tercatat 19 kematian ibu atau sama dengan angka sepanjang tahun 2017. Kasus tertinggi disebabkan preeklamsia dan pendarahan.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Tren kematian ibu di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur masih tinggi. Hingga pertengahan Juli, tercatat 19 kematian ibu atau sama dengan angka sepanjang tahun 2017. Kasus tertinggi disebabkan preeklamsia dan pendarahan.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Widji Lestariono di Banyuwangi, Senin (15/7/2019). “Tahun 2018 dalam setahun ada 24 kematian. Tahun ini baru pertengahan tahun sudah 19 kematian. Dengan asumsi tren yang sama, kami khawatir akhir tahun bisa mencapai dua kali lipat menjadi 38 kematian,” ungkapnya.
Bila kekhawatiran tersebut terjadi, jumlah kematian ibu tahun ini menjadi yang tertinggi sejak tujuh tahun terakhir. Lestariono mengungkapkan, pada tahun 2013, jumlah kematian ibu di Banyuwangi mencapai 33 kasus.
Menurut Lestariono, masyarakat terutama ibu hamil diajak untuk memanfaatkan layanan "mal orang sehat" di setiap puskesmas terdekat sebagai bagian dari upaya menekan angka kematian ibu.
Data Dinas Kesehatan Banyuwangi mencatat, rata-rata angka kelahiran per tahun mencapai 23.000 jiwa. Pada tahun 2013, angka kematian ibu di Banyuwangi mencapai 110,87 ibu dari 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut berhasil turun kembali di tahun 2014 hingga tahun 2017.
Kasus kematian ibu melahirkan paling tinggi disebabkan oleh preeklamsia dan pendarahan.
Di tahun 2017, angka kematian ibu bisa ditekan hingga 82 per 100.000 kelahiran hidup. Namun Pada tahun 2018, angka kematian ibu kembali meningkat menjadi 103 per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut Lestariono, kasus kematian ibu melahirkan paling tinggi disebabkan oleh preeklamsia dan pendarahan. Preeklamsia merupakan komplikasi pada kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi.
“Kasus kematian ibu melahirkan terjadi hampir merata di seluruh wilayah. Tidak ada kecenderungan di daerah tertentu. Kasus kematian ibu melahirkan ada di desa dan perkotaan,” ujarnya.
Banyuwangi sebenarnya memiliki sejumlah inovasi kesehatan yang terbukti berhasil menurunkan angka kematian ibu. Salah satu inovasi yang banyak mendapat penghargaan antara lain SAKINA (Stop Angka Kematian Ibu dan Anak) yang dikembangkan Puskesmas Sempu sejak tahun 2013.
“SAKINA merupakan program pelayanan kuratif bagi ibu hamil dengan resiko tinggi. Ibu-ibu yang masuk dalam kategori kehamilan risiko tinggi antara lain, hamil di bawah usia 20 tahun dan di atas 35 tahun, anak lebih dari 2 orang, serta jarak kehamilan yang terlalu pendek. Kehamilan mereka kami pantau secara khusus untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak,” ungkap Hadi Kusairi, kepala Puskesmas Sempu.
Program tersebut terbukti berhasil ketika diterapkan di Puskesmas Sempu. Pada tahun 2012, Kecamatan Sempu menjadi daerah dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi di Banyuwangi dengan jumlah kasus mencapai 16 kematian. Berkat SAKINA, sejak tahun 2015 tidak ada lagi kasus kematian ibu di wilayah Kecataman Sempu.
“Kami bersyukur ada inovasi SAKINA. Inovasi tersebut kini sudah diadposi seluruh puskesmas dan Rumas Sakit milik Pemerintah. Kalau tidak ada Sakina, mungkin jumlah kematian Ibu melahirkan lebih tinggi,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Melalui inovasi "Mal Orang Sehat" diharapkan warga ke Puskesmas bukan hanya saat ingin berobat karena sakit. Melainkan ke puskesmas sebagai usaha agar terus sehat.
Anas mengajak agar seluruh masyarakat terutama ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas "Mal Orang Sehat" di masing-masing Puskesmas. Program ini merupakan upaya untuk mengubah pengelolaan kesehatan dari paradigma sakit menuju paradigma sehat.
Melalui inovasi "Mal Orang Sehat" diharapkan warga ke Puskesmas bukan hanya saat ingin berobat karena sakit. Melainkan ke puskesmas sebagai usaha agar terus sehat.
Secara konkret, Puskesmas tidak hanya melayani orang sakit tetapi juga menyediakan layanan konsultasi kesehatan. Seluruh warga bisa mengonsultasikan gaya hidup atau pola makan agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit.
“Segala upaya untuk menekan angka kematian ibu melahirkan kami upayakan. Kami berharap bulan depan hingga selanjutnya tidak ada lagi kasus kematian ibu melahirkan karena sejak mengandung, kondisi kesehatannya terpantau dan dirawat,” tutur dia.