Nelayan dan Pelayaran Tradisional Mesti Cermati Informasi Cuaca Terkini
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengimbau pengelola jasa pelayaran tradisional dan para nelayan di wilayah Papua selalu memantau informasi terkini terkait kondisi kecepatan angin dan tinggi gelombang perairan. Selama ini, kecelakaan di laut kerap terjadi karena mereka enggan memperhatikan faktor cuaca.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengimbau pengelola jasa pelayaran tradisional dan para nelayan di wilayah Papua selalu memantau informasi terkini terkait kondisi kecepatan angin dan tinggi gelombang perairan. Selama ini, kecelakaan di laut kerap terjadi karena mereka enggan memperhatikan faktor cuaca.
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili di Jayapura, Kamis (18/7/2019), mengatakan, masyarakat yang beraktivitas di perairan mesti meningkatkan kewaspadaan. "Beberapa waktu terakhir, cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi berpotensi mengancam pelayaran," ujarnya.
Kecepatan angin di wilayah Perairan Merauke, Perairan Barat Raja Ampat, dan Laut Arafura mencapai 25 knots atau 46,3 kilometer per jam sejak Rabu (17/7). Sementara tinggi gelombang di Perairan Raja Ampat-Sorong, Fakfak, Kaimana, serta Agats di Asmat berkisar 2 meter hingga 2,5 meter.
Pada Kamis ini, tinggi gelombang di wilayah Perairan Biak Numfor, Agats, Fakfak, Kaimana, Raja Ampat, dan Sorong mencapai 1,5 meter. "Untuk perahu motor berbadan kecil sangat mudah tenggelam apabila dihantam angin di atas 20 knot atau 37 kilometer per jam dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter," papar Petrus.
Menurut Petrus, para pengelola jasa transportasi laut tradisional dan nelayan selama ini kurang memprioritaskan aspek keselamatan dalam beraktivitas. "Selama ini rawan terjadi kecelakaan perahu tenggelam di laut karena tidak memperhatikan faktor cuaca di daerah perairan tersebut," tuturnya.
Pegawai Bidang Humas Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Merauke Darmawan mengatakan, selama enam bulan terakhir, terjadi 10 kali kecelakaan perahu motor di wilayah selatan Papua.
"Selama ini kami selalu berkoordinasi dengan pihak Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, pihak Kepolisian dan Pemda setempat. Tim ini akan mengimbau warga tidak melaut apabila ada peringatan cuaca buruk dari BMKG," tutur Darmawan.
Sementara itu, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Sorong, Sunarto mengatakan, pihaknya terpaksa menghentikan upaya pencarian tiga penumpang perahu yang tenggelam tujuh hari lalu. Perahu motor yang mengangkut 15 penumpang ini berangkat dari Sorong menuju Kampung Miner, Kabupaten Raja Ampat pada 12 Juli 2019 sekitar pukul 08.00 WIT.
Perahu tersebut diduga tenggelam karena cuaca buruk dalam perjalanan menuju Biner, tepatnya di perairan Tanjung Pamali. Daerah tersebut sudah termasuk wilayah perairan Raja Ampat. Total sebanyak 10 penumpang meninggal dunia dan 2 penumpang selamat.
Tiga penumpang yang belum ditemukan hingga kini adalah Kelvin Rumbarak (20), Jetro Mayor (9), dan Marike Mayor (6). "Kami terpaksa menghentikan kegiatan pencarian para korban. Sesuai regulasi, proses pencarian hanya sampai tujuh hari," papar Sunarto.