Pelaku Dugaan Pembunuhan Mahasiswa asal Timor Leste Diburu
Pelaku dugaan pembunuhan mahasiswa asal Timor Leste, yang berkuliah di Yogyakarta, diburu aparat Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta. Daftar terduga pelaku sudah diketahui dan kepolisian berharap bisa segera meringkus.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pelaku dugaan pembunuhan mahasiswa asal Timor Leste, yang berkuliah di Yogyakarta, diburu aparat Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta. Daftar terduga pelaku sudah diketahui dan kepolisian berharap bisa segera meringkus.
”Kami berusaha semaksimal mungkin. Alhamdulillah, progresnya positif. Dalam waktu 2-3 hari, semoga sudah ada yang bisa diamankan,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) Komisaris Besar Yuliyanto di Markas Polda DIY, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (18/7/2019).
Kasus itu bermula dari adanya laporan tentang hilangnya seorang mahasiswa asal Timor Leste, yaitu Joao Bosco Baptista (21), di Yogyakarta, Selasa (2/7/2019). Hilangnya Joao dilaporkan ke Polda DIY, Rabu (3/7/2019). Menurut laporan itu, ia diculik tiga orang yang hingga saat ini belum diketahui keberadaannya.
Kemudian, pada 14 Juli 2019, ada mayat tak dikenal ditemukan di Jurang Cemorosewu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Aparat kepolisian segera melakukan pemeriksaan forensik terhadap mayat tersebut. Dari hasil pemeriksaan, mayat itu teridentifikasi sebagai Joao yang dilaporkan hilang di Yogyakarta.
Kami membandingkan dengan data ante mortem dari Kantor Imigrasi Yogyakarta. Ini telah dilakukan identifikasi secara manual dan dinyatakan teridentifikasi positif dan memiliki kesesuaian pada 13 titik (dari ciri Joao).
Kepala Subbidang Kedokteran Polisi, Bidang Kedokteran dan Kesehatan, Polda DIY, Komisaris Aji Kadarmo menyampaikan, cara identifikasi mayat temuan itu pertama kali dilakukan dengan melihat sidik jari. Pemeriksaan dilakukan pada ibu jari dan jari telunjuk. Sidik jari dari mayat tersebut ternyata sama dengan sidik jari yang terdapat pada paspor milik Joao.
”Kami membandingkan dengan data ante mortem dari Kantor Imigrasi Yogyakarta. Ini telah dilakukan identifikasi secara manual dan dinyatakan teridentifikasi positif dan memiliki kesesuaian pada 13 titik (dari ciri Joao),” kata Aji.
Selain itu, ditemukan kesamaan ciri di bagian gigi, ras, dan umur. Terdapat pula ciri khusus berupa tanda hitam di kuku jarinya. Kesesuaian itu diperkuat dengan properti berupa pakaian yang dikenakan pada mayat tersebut.
Aji menambahkan, menurut hasil pemeriksaan, Joao diduga sudah meninggal dalam interval 2-7 Juli 2019. Kondisi jenazah juga sudah membusuk. Ada beberapa jaringan tubuh yang hilang mulai dari perut sampai kepala.
Kami harus menemukan tersangka terlebih dahulu. Ini masih proses penyelidikan dan penyidikan. Kalau ada masyarakat yang mengetahui bisa memberi tahu kami karena diduga pelaku ada beberapa orang, lebih dari satu.
Penganiayaan
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Komisaris Besar Hadi Utomo menyatakan, pihaknya sudah memeriksa 9 saksi yang diduga ada kaitannya dengan kasus tersebut. Akan tetapi, ia belum bisa memastikan tindak pidana yang dilakukan terduga pelaku. Para pelaku untuk sementara waktu ini diduga melakukan penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya orang.
”Kami harus menemukan tersangka terlebih dahulu. Ini masih proses penyelidikan dan penyidikan. Kalau ada masyarakat yang mengetahui bisa memberi tahu kami karena diduga pelaku ada beberapa orang, lebih dari satu,” kata Hadi.
Sementara itu, Yuliyanto menyampaikan, Duta Besar Timor Leste untuk Indonesia, Alberto Xavier Pereira Carlos, sudah mendatangi Polda DIY, Rabu (17/7/2019). Kedatangan Alberto untuk mengurus kepulangan jenazah Joao ke Timor Leste. Hingga Kamis siang, jenazah masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY.
”Kami sudah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Timor Leste untuk Indonesia untuk memulangkan jenazah. Tidak ada masalah dan dalam waktu dekat akan diberangkatkan,” kata Yuliyanto.