Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menilai program kredit usaha rakyat sebagai skema pembiayaan yang baik. Alasannya, rasio kredit bermasalah dari pembiayaan tersebut hanya 1,3 persen.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menilai program kredit usaha rakyat sebagai skema pembiayaan yang baik. Alasannya, rasio kredit bermasalah dari pembiayaan tersebut hanya 1,3 persen.
Tahun ini, pembiayaan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) ditargetkan mampu mencapai Rp 140 triliun, lebih besar Rp 20 triliun dari tahun lalu. Pembiayaan akan lebih dititikberatkan pada jenis usaha produksi dari pada jenis usaha perdagangan.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ketika ditemui di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (19/7/2019). “NPL (rasio kredit bermasalah) KUR merupakan yang paling rendah dari semua kredit yang ada di Indonesia. Tahun lalu, dari total pembiayaan Rp 120 triliun, NPL-nya hanya 1,35 persen,” ujarnya.
Darmin mengatakan, rasio kredit bermasalah tertinggi terjadi pada penyaluran KUR untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI). KUR itu merupakan kredit perbankan kepada para TKI yang tidak memiliki modal awal. Padahal, mereka harus mengurus banyak hal sebelum berangkat bekerja ke luar negeri. Besaran KUR TKI maksimal Rp 25 juta per orang dengan suku bunga 7 persen efektif per tahun. Adapun, jangka waktu KUR TKI paling lama sama dengan kontrak kerja dan tidak melebihi jangka waktu maksimum, 3 tahun.
“Kendati besarannya paling kecil, rasio kredit bermasalah KUR TKI merupakan yang paling tinggi. KUR TKI susah dikontrol. Setelah mendapat KUR, TKI tersebut pergi begitu saja,” ungkap Darmin.
Total penyaluran KUR TKI, lanjut Darmin, persentasenya sangat kecil bila dibanding total keseluruhan KUR. Dalam setahun KUR TKI hanya sekitar Rp 2 triliun-Rp 3 triliun. Bila skema KUR TKI dihilangkan, rasio kredit bermasalah KUR hanya 0,9 persen. Kecilnya persentase itu membuat Kemenko Perekonomian menilai KUR jadi salah satu program pembiayaan yang baik.
Selain tingginya rasio kredit bermasalah KUR TKI, hal lain yang menjadi perhatian dan evaluasi Kemenko Perekonomian ialah perbandingan pembiayaan antara jenis usaha produksi dengan jenis usaha perdagangan.
Sekretaris Kementerian Koordintor Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, pihaknya terus berupaya menekan pembiayaan untuk jenis usaha perdagangan. Pembiayaan justru diarahkan untuk jenis usaha produksi.
“Tahun 2015, 75 persen pembiayaan dimanfaatkan jenis usaha perdagangan. Tahun 2019, persentasenya kami ubah, 60 persen untuk produksi dan 40 persen untuk perdagangan. Tahun depan, kami berharap 70 persen untuk produksi,” ujarnya.
Susiwijono mengatakan, pembiayaan lebih ditujukan bagi jenis usaha produksi karena lebih dirasakan banyak pihak. Selain itu, bila sektor produksi yang diberi pembiayaan, dana tersebut juga akan digunakan untuk belanja bahan baku yang akhirnya juga menyentuh sektor perdagangan.
Ahmad Suudi, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Banyuwangi yang memproduksi lilin hias, membenarkan, perlunya pembiayaan bagi pelaku usaha seperti dirinya. Menurutnya, pembiayaan merupakan permasalahan pertama yang pasti dihadapi para pelaku usaha.
“Pelaku usaha kecil seperti saya, sudah pasti memiliki keterampilan, tetapi sering tidak bisa terjun ke dunia usaha karena tidak ada modal. Karena itu modal menjadi salah satu hal penting dalam langkah pertama membuka usaha. Setelah terjun ke dunia usaha barulah masalah lain muncul, misalnya soal kapasitas produksi atau pasar,” tuturnya.
Pelaku usaha kecil seperti saya, sudah pasti memiliki keterampilan, tetapi sering tidak bisa terjun ke dunia usaha karena tidak ada modal
Suudi mengatakan, dirinya masih sangat minim mendapat informasi terkait bantuan pembiayaan. Pelaku usaha mikro seperti dirinya tidak hanya butuh pembiayaan yang cepat tetapi juga murah dan aman.
Ia beberapa kali mendapat tawaran pembiayaan tapi tak kunjung ia realisasikan karena khawatir tidak bisa mengembalikannya. Pasalnya, tak jarang tawaran pembiayaan tersebut menetapkan bunga yang terlalu besar. Skema KUR merupakan salah satu model pembiyaan yang menurutnya cukup menarik. Ia yakin dengan bunga 7 persen cukup membuat usahanya berkembang.