Kabut Asap Kiriman Provinsi Tetangga sampai ke Sumbar
Sebagian wilayah Sumatera Barat diselimuti kabut tipis sejak tiga hari terakhir. Kabut tersebut kemungkinan besar berasal dari asap kebakaran hutan dan lahan di provinsi tetangga, seperti Riau dan Jambi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sebagian wilayah Sumatera Barat diselimuti kabut tipis sejak tiga hari terakhir. Kabut tersebut kemungkinan besar berasal dari asap kebakaran hutan dan lahan di provinsi tetangga, seperti Riau dan Jambi.
Dari laporan warga, kabut tipis setidaknya terpantau di Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Limapuluh Kota. Meskipun belum mengganggu pernapasan dan indera penglihatan, kabut tersebut mengurangi jarak pandang.
Di obyek wisata Gunung Padang, Minggu (21/7/2019) siang, misalnya, wilayah perkotaan dan laut diselimuti kabut asap. Masjid Raya Sumbar dan aktivitas kapal di Pelabuhan Teluk Bayur yang biasanya terlihat jelas siang itu samar-samar.
Ramli (66), pedagang di obyek wisata Gunung Padang, Minggu (21/7/2019), mengatakan, kabut mulai terlihat sejak tiga hari terakhir. Kabut asap terlihat jelas jika dipantau dari ketinggian. Ia menduga kabut itu berasal dari Jambi dan Riau yang kerap mengalami kebakaran hutan dan lahan.
”Kabut asap memang tidak mengganggu pernapasan dan mata, tetapi jarak pandang cukup terganggu. Seperti pemandangan kota dari Gunung Padang ini tidak bagus untuk difoto,” kata Ramli.
Kondisi serupa dirasakan Jefri Rajif (27), warga Ampek Angkek, Kabupaten Agam, dalam beberapa hari terakhir. Sebagai contoh, Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang biasanya terlihat jelas dari sekitar rumahnya tampak berkabut.
Kabut asap memang tidak mengganggu pernapasan dan mata, tetapi jarak pandang cukup terganggu. Seperti pemandangan kota dari Gunung Padang ini, tidak bagus untuk difoto.
Namun, kata Jefri, kabut asap di Ampek Angkek tidak sepekat di Padang. Sabtu (20/7/2019), alumnus Universitas Negeri Padang itu baru kembali dari Padang.
”Dengan kondisi sekarang, saya sebenarnya belum terlalu khawatir. Akan tetapi, mudah-mudahan bisa segera hilang agar kejadian kabut asap parah seperti tahun 2015 tidak terulang,” kata Jefri ketika dihubungi dari Padang.
Peningkatan nilai partikel
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, Agam, Manat Panggabean mengatakan, dalam beberapa hari terakhir terjadi peningkatan nilai partikel debu berukuran 10 mikron atau PM 10.
Jika biasanya nilai PM 10 yang terpantau stasiun di bawah 50 µgram/m3 (mikron gram per meter kubik) atau kategori baik, pada Sabtu (20/7) kemarin maksimal mencapai 60 µ/m3 atau kategori sedang. ”Nilai PM 10 di Sumbar akhir-akhir ini memang tinggi. Kondisi itu didukung dengan munculnya titik-titik panas di wilayah Riau dan Jambi,” kata Manat.
Jika ditarik garis lurus dari ibu kota Sumbar, Padang, ke perbatasan terdekat dengan Riau arah ke timur laut, jaraknya sekitar 90 kilometer. Sementara itu, jarak Padang ke perbatasan terdekat dengan Jambi arah ke tenggara sekitar 120 kilometer.
Meskipun di Riau dan Jambi sama-sama sedang terjadi kebakaran hutan dan lahan, Manat memperkirakan bahwa sumber asap cenderung berasal dari Jambi. Hal itu didukung oleh massa udara yang bertiup dari arah timur.
Sementara itu, General Affairs PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Minangkabau Padang Pariaman Fendrick Sondra mengatakan, sejak tiga hari terakhir memang terlihat kabut asap di sekitar bandara. Namun, kabut itu belum sampai mengganggu penerbangan karena angin cukup kuat sehingga bisa segera hilang.