Sejumlah pelaku usaha kopi mendapat aneka pelatihan guna meningkatkan nilai jual produksi dalam Banyuwangi Coffee Processing Festival 2019. Salah satu materi utama yakni mengenai pentingnya kemasan dalam pemasaran produk kopi.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS - Sejumlah pelaku usaha kopi mendapat aneka pelatihan guna meningkatkan nilai jual produksi dalam Banyuwangi Coffee Processing Festival 2019. Salah satu materi utama yakni mengenai pentingnya kemasan dalam pemasaran produk kopi.
Selain produksi yang baik, pengemasan merupakan hal penting dalam pemasaran. Sangat disayangkan bila produk unggul tidak mampu menembus pasar hanya karena kemasannya tidak menarik atau kurang memberi informasi yang dibutuhkan pembeli.
Peneliti senior Pusat Penelitian Kopi Kakao Jember Yusianto di sela-sela Banyuwangi Coffee Processing Festival 2019 di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/7/2019) mengatakan, pengemasan merupakan kunci pokok agar produk kopi bisa sampai konsumen dalam kondisi baik. Kemasan penting karena kopi akan disimpan berbulan-bulan.
“Oleh karena itu, bahan kemasan harus rapat agar bisa mengisolasi produk kopi dari pengaruh lingkungan sekitar. Kemasan yang rapat, berguna untuk menjauhkan produk dari aroma-aroma lain dan kadar air,” ungkapnya.
Kemasan berbahan lapisan plastik tipis di dalam, lapisan aluminium foil di tengah dan kertas di luar, dinilai paling baik menjaga cita rasa kopi.
Kemasan yang rapat, lanjut Yusianto, juga mengisolasi cita rasa kopi agar tidak menguap. Kemasan berbahan lapisan plastik tipis di dalam, lapisan aluminium foil di tengah dan kertas di luar, dinilai paling baik menjaga cita rasa kopi.
Yusianto juga berpesan, agar kemasan produk kopi didesain secara menarik dengan memberi informasi-informasi yang diperlukan konsumen. Informasi yang tertera juga sudah harus desesuaikan dengan jenis konsumen yang ingin disasar.
“Konsumen kopi terdiri dari 90 persen konsumen umum dan 10 persen konsumen khusus. Konsumen khusus akan memerhatikan data teknis sehingga perlu dicantumkan data ketinggian, varietas, lokasi kebun, dan lainnya,” ujarnya.
Adapun konsumen umum hanya perlu kata-kata "bombastis" untuk membangkitkan minat mereka membeli. Yusianto mencontohkan beberapa kata yang biasa menarik minat konsumen umum antara lain, "nikmat", "sedap", dan sebagainya.
Pentingnya pengemasan juga disampaikan pendamping Industri Kecil Menengah dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Banyuwangi Dian Puspita Sari. Dian merupakan pendamping bagi para pelaku usaha kopi yang ingin memasarkan produknya lebih luas.
“Percuma kalau kopinya enak tapi tidak laku. Karena itu, perlu kemasan yang menarik agar laku di pasaran. Penentuan kemasan dan berat pengemasan sudah harus ditentukan pasar mana yang ingin di sasar,” ungkapnya.
Percuma kalau kopinya enak tapi tidak laku. Karena itu, perlu kemasan yang menarik agar laku di pasaran. (Dian Puspita Sari)
Dian mengatakan, untuk pasar oleh-oleh, takaran kemasan yang tepat yang berukuran kecil misalnya 250 gram. Adapun untuk pasar kafé dan rumah makan, kemasan yang tepat minimal 1 kilogram.
Tak hanya takaran, jenis produk kopi yang dijual juga harus disesuaikan. Untuk pasar oleh-oleh lebih baik menjual kopi bubuk, sedangkan untuk kafé dan rumah makan dalam bentuk biji kopi yang sudah disangrai (roasted bean).
Pentingnya kemasan dirasakan langsung oleh Suharti (45) pemilik usaha Kopi Duren Kalibaru. "Dulu kopi saya hanya dihargai Rp 21.000 per kg. Namun, setelah mengubah pola tanam, panen, pengolahan pasca panen, hingga mengikuti tata cara pengemasan yang baik, sekarang kopi saya dijual Rp 25.000 per 2 ons, atau Rp 125.000 per kg.
Selain kenaikan harga, pengemasan yang baik juga membuat kopi produksi Suhartini lebih dikenal dan dinikmati banyak orang. Ia menuturkan, dahulu hanya menjual kopi bubuk di pasar dengan kemasan plastik biasa tanpa merek.
Kini setelah belajar mengenai kemasan, kopinya bisa dipasarkan hingga Jakarta dan Batam. Sejumlah pesanan juga datang karena melihat merek dan alamat atau nomor telepon untuk pemesanan.
Suharti mengaku mendapat pelatihan pentingnya kemasan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi. Pelatihan serupa akan digelar secara rutin di Clinic Coffe yang baru saja didirikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam Banyuwangi Coffee Processing Festival menuturkan, selama penyelenggaraan festival, para pelaku usaha kopi mulai dari petani, pemilik kafe, barista, UMKM Kopi hingga penggemar kopi akan belajar bersama sejumlah pakar. Mereka akan belajar bagaimana menghasilkan, memilih, membuat, menghidangkan, hingga menikmati kopi yang baik.
"Festival yang digelar dua hari ini hanya gimmick. Sasaran utama festival adalah pelatihan yang berkesinambungan setelah festival ini rampung," ujarnya.