Limbah Tumpahan Minyak Ancam Terumbu Karang di Karawang
Aktivis lingkungan di Karawang mengkhawatirkan kondisi terumbu karang di sisi utara pantai Karawang setelah peristiwa kebocoran pada anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java. Mereka meminta pihak terkait bertanggung jawab terhadap ekosistem perairan laut yang terdampak.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sejumlah aktivis lingkungan di Karawang mengkhawatirkan kondisi terumbu karang di sisi utara pantai Karawang setelah peristiwa kebocoran pada anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java atau PHE ONWJ. Mereka meminta pihak terkait bertanggung jawab terhadap ekosistem perairan laut yang terdampak.
Sekretaris Forum Komunitas Daerah Sungai Citarum (Forkadas+C) Yuda Febrian Silitonga, Selasa (30/7/2019), mengatakan, peristiwa tumpahan minyak di Sumur YYA-1 di lepas pantai Tempuran-Karawang sejauh 7 mil laut menimbulkan kekhawatiran terjadinya pencemaran lingkungan di pesisir Karawang dan Bekasi.
Menurut Yuda, minyak akan mengalami serangkaian perubahan, pelapukan, atau peluruhan terhadap sifat fisik dan kimiawi di lingkungan laut. ”Dampak limbah dalam bentuk tumpahan minyak ini secara spesifik menunjukkan pengaruh negatif yang penting terhadap lingkungan pesisir dan perairan laut, khususnya jika ada kontak langsung dengan organisme perairan,” ucapnya.
Terumbu karang juga akan mengalami efek letal dan subletal karena kehadiran minyak di laut, komponen yang mengendap akan menutupi permukaan karang, sehingga menyebabkan kematian atau secara tidak langsung mengganggu proses respirasi dan fotosintesis hewan zoozenthela pada karang. Hal itu menyebabkan kematian karang dalam jumlah besar.
Dampak limbah dalam bentuk tumpahan minyak ini secara spesifik menunjukkan pengaruh negatif yang penting terhadap lingkungan pesisir dan perairan laut, khususnya jika ada kontak langsung dengan organisme perairan.
Yuda menambahkan, lokasi sumur YYA-1 memiliki jarak yang tidak terlampau jauh dari dua gugus terumbu di perairan Karawang, yaitu gugus terumbu Ciparage dan Sendulang. Terumbu karang Sendulang memiliki enam gugus terumbu dan terumbu karang Ciparage memiliki lima gugus terumbu dengan total luas 121,67 hektar.
Jenis terumbu karang yang ada di perairan Karawang merupakan jenis gugusan karang gosong (patch reefs) yang merupakan karang yang tumbuh dari dasar laut sampai permukaan laut dalam kurun waktu yang lama.
”Kejadian ini menjadi ancaman serius bagi ekosistem terumbu karang Ciparage dan Sendulang serta ekosistem mangrove di Karawang atau Bekasi,” ujar Yuda.
Sebelumnya, Direktur eksekutif Walhi Jawa Barat Meiki Paendong menyebutkan, tumpahan minyak di perairan laut dan pantai Karawang mengancam sumber-sumber kehidupan dan keberlanjutan layanan alam. Pertamina harus tuntas dalam melakukan upaya pemulihan ekosistem laut, pantai, dan mangrove yang terkena dampak tumpahan minyak.
Potensi bahari
Karawang tengah mengembangkan potensi wisata bahari yang dimilikinya. Ekowisata tanaman bakau dan terumbu karang adalah sebagian wisata bahari yang menjadi daya tarik pengunjung. Di sisi utara Kota Karawang terdapat potensi wisata bahari yang luas karena adanya pantai panjang yang terbentang di sisi utara sepanjang 84 kilometer. Sejumlah spot baru juga akan dikembangkan ke depan untuk menjadi desa wisata bahari.
Sementara itu, beberapa siswa SMKN 1 Rengasdengklok yang tergabung dalam ekstrakurikuler Bara Rimba bersama penyelam dari Karawang Explore mulai melakukan ekspedisi lewat pelayaran dari Dermaga Sungai Buntu ke terumbu karang Ciparage. Ketua Bara Rimba Nuraidah mengatakan akan tetap melanjutkan ekspedisi ini pada awal Agustus, sekaligus memantau kondisi terkini terumbu karang di titik tersebut.
Terumbu karang Ciparage merupakan gugusan terumbu yang berjarak 4-5 kilometer dari pesisir pantai Cibendo, Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran. Gugusan terumbu ini berdekatan dengan gugusan terumbu karang Sendulang, Cilamaya, yang telah terangkat potensi wisatanya lewat wisata Pasir Putih Tangkolak.
Tidak boleh ada hal yang ditutupi terkait kejadian tumpahan minyak di Sumur YYA-1, baik buruknya harus disampaikan kepada publik agar menjadi evaluasi bersama.
Yuda meminta pihak terkait memperhatikan lingkungan perairan laut di Karawang, memastikan tidak ada tumpahan minyak yang masih terapung atau mengendap di lingkungan perairan laut, serta merehabilitasi ekosistem perairan laut yang terdampak. ”Tidak boleh ada hal yang ditutupi terkait kejadian tumpahan minyak di sumur YYA-1, baik buruknya harus disampaikan ke publik agar menjadi evaluasi bersama,” katanya.
Pertamina telah menurunkan lima giant octopus skimmer yang dapat menyedot tumpahan minyak dengan kecepatan tinggi. Alat ini dinilai mampu mengangkat minyak dengan kecepatan sekitar 250.000 liter per jam. Selanjutnya tumpahan minyak dipompa ke kapal-kapal untuk penampungan sementara.
Selain penggunaan static oil boom dan giant octopus skimmer, Pertamina telah menyiagakan puluhan kapal yang membentangkan dynamic oil boom secara berlapis sehingga mengurangi potensi tumpahan minyak yang tidak tertangkap dan terbawa arus sampai pesisir pantai.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, static oil boom ditempatkan di sekitar anjungan YY yang diindikasikan terdapat sumber utama keluarnya minyak mentah sehingga dapat mengisolasi minyak tersebut agar tidak melebar ke mana-mana di lautan.
”Pertamina berupaya maksimal menangani tumpahan minyak dengan menerjunkan berbagai peralatan dan metode sesuai standar di industri migas,” ujar Fajriyah dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/7/2019).