Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan, Bangkalan, yang sempat ditutup selama 20 bulan akhirnya kembali dibuka, Kamis (1/8/2019). Pembukaan kembali Taman Pendidikan Mangrove Labuhan ditandai dengan aksi bersih-bersih sampah plastik di pesisir pantai.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
BANGKALAN, KOMPAS — Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan, Bangkalan, Jawa timur, yang sempat ditutup selama 20 bulan akhirnya kembali dibuka, Kamis (1/8/2019). Pembukaan kembali Taman Pendidikan Mangrove Labuhan ditandai dengan aksi bersih-bersih sampah plastik di pesisir pantai.
Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron mengatakan, keberadaan destinasi wisata di kawasan pantai utara Madura ini diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bangkalan. Keberadaan Taman Pendidikan Mangrove yang menjadi ekosistem di hutan mangrove menjadi salah satu kebanggan warga Bangkalan.
Selain berwisata, pengunjung bisa belajar dan meneliti berbagai jenis satwa di ekosistem mangrove karena konsep destinasi ini adalah taman pendidikan.
”Pembukaan kembali Taman Pendidikan Mangrove menjadi jawaban dari tingginya harapan masyarakat terhadap destinasi wisata itu,” katanya.
Abdul Latif berharap, masyarakat dan wisatawan ikut merawat flora dan fauna di kawasan tersebut. Sebab, mangrove memiliki peran penting sebagai penghasil oksigen dan penampung karbondioksida, mencegah abrasi pantai, menjaga kualitas air, dan menyerap polusi yang diakibatkan sampah manusia ataupun pencemaran dari pabrik.
”Selain berwisata, pengunjung bisa belajar dan meneliti berbagai jenis satwa di ekosistem mangrove karena konsep destinasi ini adalah taman pendidikan,” katanya.
Keterlibatan perusahaan
Taman Pendidikan Mangrove dibangun sejak 2014 melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) bersama warga sekitar. Di kawasan ini, wisatawan dapat menikmati keindahan hutan mangrove yang berada di pesisir pantai utara Madura yang menjadi lokasi eksplorasi minyak bumi.
General Manager PHE WMO Ani Surahman mengatakan, pengembangan kawasan hutan mangrove dipilih sebagai upaya menjaga keseimbangan ekologi di kawasan tersebut. Setelah tiga tahun dikembangkan, akhirnya pada 2017 kawasan tersebut dibuka untuk umum dan memberikan manfaat ekonomi kepada warga sekitar.
”Taman Pendidikan Mangrove kini menjadi tempat singgah bagi burung-burung migran dari Alaska dan Rusia, seperti Gajahan dan Terik Asia,” tuturnya.
Kader Lingkungan Taman Pendidikan Mangrove Labuhan, Moh Syahril, mengungkapkan, pada 2014 ada lebih dari 10.000 bibit mangrove ditanam di area seluas 8 hektar. Bibit mangrove yang ditanam antara lain berjenis Sonneratia Alba (Prapat), Rizhophora Stylosa, Stenggi, Rhizopora Apiculata, Sonneratia Alba, Rhizophora Mucronata, Ceriops Tagal, Avicenna Marina, dan Cemara Casuarina.
”Taman Pendidikan Mangrove Labuhan sudah semakin berkembang. Setiap akhir pekan, banyak mahasiswa datang berkemah dan melakukan penelitian berbagai jenis mangrove serta burung migran,” ujarnya.
Taman Pendidikan Mangrove kini menjadi tempat singgah bagi burung-burung migran dari Alaska dan Rusia, seperti Gajahan dan Terik Asia.
Ketua Dewan Pertimbangan Proper Sudharto P Hadi menyatakan, keberadaan Taman Pendidikan mangrove bisa memunculkan kesempatan kerja bagi warga sekitar. PHE WMO dan Pemkab Bangkalan bekerja sama mengembangkan masyarakat sekitar melalui badan usaha milik desa untuk menjamin keberlangsungan kawasan tersebut.