Helikopter Dipakai Padamkan Sisa Bara Kebakaran Arjuna
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sabtu (3/8/2019), mulai melakukan penyiraman melalui udara pada wilayah Tahura R Soerjo di lereng Gunung Arjuna, di Batu, Jawa Timur, yang terbakar. Penyiraman menggunakan helikopter milik BNPB.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sabtu (3/8/2019), mulai melakukan penyiraman melalui udara (water bombing) pada wilayah Taman Hutan Raya R Soerjo di lereng Gunung Arjuna, Batu, Jawa Timur, yang terbakar. Penyiraman air menggunakan helikopter milik BNPB dilakukan untuk memadamkan sisa-sisa bara.
Kegiatan water bombing dimulai sekitar pukul 10.00. Bertolak dari Pangkalan TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang, helikopter jenis MI8 harus mengambil air di Waduk Selorejo, di Ngantang, Kabupaten Malang, lalu membawanya ke lereng Arjuna. Sepanjang Sabtu siang cuaca kondusif. Namun, sekitar pukul 14.00, kegiatan dihentikan akibat kabut mulai turun di lereng gunung.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu Ahmad C Rochim, yang ditemui di Pos Pendakian Sumberbrantas, menuturkan, ada tujuh titik bekas kebakaran lahan yang harus disiram. Berdasarkan pemantauan tim gabungan, Jumat (2/8/2019) sore, nyala api rata-rata sudah padam.
”Kalau tujuh titik clear (padam), kami fokus pemadaman di kawasan yang belum dan sudah terbakar. Kami melakukan pembasahan supaya bara yang masih ada di perbatasan bisa mati sehingga percikan api tidak menyala lagi karena tiupan angin,” ujarnya.
Menurut Rochim, helikopter mampu membawa 4.000 liter air dalam sekali terbang. Lama perjalanan pergi pulang dari Waduk Selorejo sampai ke lereng Arjuna butuh waktu sekitar 20 menit. Jika kondisi memungkinkan, helikopter MI8 bisa mengangkut air 30-40 kali dalam sehari.
Kami melakukan pembasahan supaya bara yang masih ada di perbatasan benar-benar padam sehingga percikan api tidak menyala lagi karena tiupan angin.
Pengambilan air di Waduk Selorejo didasarkan atas pertimbangan faktor lingkungan. Sebenarnya ada lokasi pengambilan air yang lebih dekat ke lereng Arjuna, yakni dari Laut Jawa di lepas pantai Pasuruan. Namun, air laut dikhawatirkan punya dampak kurang baik terhadap vegetasi di kawasan taman hutan raya (tahura).
Rochim menjelaskan, kegiatan water bombing dilakukan sampai bara benar-benar padam. ”Selain di wilayah Batu, pemadaman menggunakan water bombing juga akan dilakukan di wilayah Mojokerto dan Pasuruan,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Unit Pelaksana Teknis Tahura R Soerjo, Ahmad Wahyudi, mengatakan, water bombing dinilai sebagai cara paling efektif untuk memadamkan kebakaran hutan di gunung. Tujuannya, untuk memadamkan semua api dan bara di lokasi yang tidak terjangkau tim pemadam.
Lokasi kebakaran lahan dan hutan di lereng Arjuna berada di ketinggian 2.730-3.152 meter di atas permukaan laut. Sebagian lokasi susah dijangkau karena memiliki kemiringan hingga 60 derajat. Tim pemadam juga harus berjalan jauh. Mereka butuh waktu tempuh 4-5 jam untuk menjangkau titik api terdekat dan sembilan jam untuk yang terjauh.
Luasan hutan yang terbakar di Tahura R Soerjo di wilayah Batu diperkirakan mencapai 300 hektar. Di bagian atas, vegetasi yang terbakar merupakan semak, sedangkan di bawahnya ada sedikit pepohonan.
Sementara itu, Sabtu sekitar pukul 17.00, BPBD Batu mendapat laporan terjadi kebakaran lahan di lereng Gunung Panderman, tepatnya masuk wilayah Resor Pemangkuan Hutan Oro-oro Ombo, Kecamatan Junrejo. Lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 10 hektar. BPBD Batu menghadapi kendala medan yang sulit diakses karena kemiringan lereng mencapai 70 derajat.
Sepekan sebelum hutan di Tahura R Soerjo terbakar, pada Minggu, 28 Juli, sebenarnya lereng Panderman terbakar lebih dulu. Saat itu, petugas gabungan berhasil memadamkan api. Luas lahan di Panderman yang terbakar mencapai 70 hektar.