Kebakaran lahan kembali terjadi Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Petugas dari berbagai instansi berjibaku untuk memadamkana api yang sudah mendekati permukiman warga.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS — Kebakaran lahan kembali terjadi Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Petugas dari berbagai instansi berjibaku untuk memadamkan api yang sudah mendekati permukiman warga. Bahkan, asap dari kebakaran itu sempat mengganggu aktivitas lalu lintas di jalur lintas timur Sumatera karena terbatasnya jarak pandang.
Kebakaran terjadi di satu hamparan di Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Ketua Regu III Tim Pemadam Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Ogan Ilir Singgi Adi Purwanto, Sabtu (3/8/2019), mengatakan, kebakaran mulai diketahui sekitar pukul 18.00. ”Saat itu kebakaran masih kecil. Namun, karena angin yang cukup kencang, api terus meluas,” katanya.
Tim langsung menuju ke lokasi kebakaran untuk memadamkan api, terutama yang sudah mendekati rumah penduduk. ”Saat kami datang, seorang ibu sedang berupaya memadamkan api menggunakan ember. Kami segera memadamkan api agar tidak merembet,” katanya.
Kebakaran kali ini menghanguskan lahan gambut dan sejumlah vegetasi, seperti semak belukar, dan sejumlah tanaman sawit. Kebakaran menghanguskan sekitar 1,5 hektar lahan.
Dalam proses pemadaman, ujar Singgih, ada beberapa kendala yang dihadapi, seperti terbatasnya jalan dan sarana serta keterbatasan air. Dalam pemadaman yang dilakukan sejak pukul 20.00 sampai 01.00, tim dibantu anggota TNI, Polri, dan Manggala Agni berjibaku memadamkan api.
”Kalau tidak segera dipadamkan, kami khawatir bara api akan beterbangan dan merambat ke lahan yang lain,” ucap Singgih.
Pantauan Kompas, petugas BPBD Ogan Ilir dan TNI berjibaku memadamkan api. Ada yang bertugas memantau pompa, mengatur selang, dan mengatur arah air. Dalam prosesnya, tim mengalami kendala untuk mendapatkan air. Ditambah lagi, kondisi lapangan yang sangat gelap. Beberapa kali pompa mati karena tersumbat lumpur. Petugas harus masuk ke kanal selebar 2,5 meter untuk membersihkan sumbatan di selang.
Kalau tidak segera dipadamkan, kami khawatir bara api akan beterbangan dan merambat ke lahan yang lain.
Kepala Bidang Penanggulangan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori menyebutkan, di awal Agustus, kebakaran lahan sudah terjadi beberapa kali di wilayah Sumatera Selatan.
Berdasarkan pendataan dari tim di lapangan, setidaknya sudah lebih dari 15 hektar lahan di sejumlah wilayah terbakar. Kebakaran terjadi di Ogan Ilir, Musi Banyuasin, dan Penukal Abab Lematang Ilir. Adapun jika dihitung dari awal Januari 2019, kebakaran di Sumsel sudah lebih dari 150 hektar.
Kebakaran terjadi di kawasan konsesi milik perusahaan serta kawasan perkebunan dan pertanian milik warga. Kebakaran menghanguskan perkebunan sawit, lahan pertanian, dan semak belukar. Ansori menuturkan, dalam proses pemadaman, ada beberapa hal yang menjadi perhatian, yakni pemadaman diprioritaskan untuk api yang sudah mendekati permukiman penduduk.
Selain itu, ucap Ansori, untuk mempercepat antisipasi kebakaran, pesawat Cessna Grand Caravan PK-RJV disiagakan di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sri Mulyono Herlambang, Palembang. Pesawat ini digunakan untuk patroli guna mendeteksi kemungkinan adanya kebakaran lahan dan hutan di Sumsel. Pesawat ini akan digunakan sampai Oktober dan diterbangkan setiap hari untuk memantau keberadaan titik api.
Jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, titik panas dan luas lahan yang terbakar jauh menurun.
Penindakan di lapangan
Alhasil, beberapa kebakaran terdeteksi dari udara dan langsung dilakukan penindakan di lapangan. Keberadaan pesawat ini diharapkan dapat mempercepat langkah antisipasi kebakaran di lapangan yang kemungkinan besar meningkat mengingat saat ini telah memasuki musim kemarau.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, kebakaran lahan di Sumsel dapat dikendalikan. ”Jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, titik panas dan luas lahan yang terbakar jauh menurun,” katanya.
Herman menjamin belum ada kabut asap masuk ke wilayah Palembang. Kalaupun ada, kabut itu merupakan radiasi. Ia mengatakan, pihaknya akan fokus pada pencegahan, terutama untuk penanganan secara dini. Untuk itu, pemantauan langsung di lapangan terus dilakukan.