Festival Teluk Humboldt Ajang Promosi dan Pelestarian Budaya Jayapura
Pemerintah Kota Jayapura secara resmi membuka Festival Teluk Humboldt ke-XI di area Jalan Lingkar Jayapura, Senin (5/8/2019). Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi ajang promosi dan pelestarian kebudayaan masyarakat adat Kota Jayapura.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Pemerintah Kota Jayapura secara resmi membuka Festival Teluk Humboldt ke-XI di area Jalan Lingkar Jayapura, Senin (5/8/2019). Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi ajang promosi dan pelestarian kebudayaan masyarakat adat Kota Jayapura.
Dari pantauan Kompas, Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano bersama Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani dan Staf Ahli Gubernur Papua, Ani Rumbiak secara langsung membuka Festival Teluk Humboldt tersebut sekitar pukul 18.00 WIT.
Tarian kolosal dari Kampung Kayu Batu yang disebut Hau Hena menjadi salah satu atraksi utama yang pertama kali ditampilkan dalam festival ini.
Tampak sekitar 30 stan yang menampilkan aneka kuliner, kopi khas Papua, jasa menghias wajah dan tubuh dengan cat atau body painting dan cenderamata khas Jayapura.
Terdapat 13 atraksi utama dalam festival ini di antaranya adalah tari kolosal dan eksibisi tari tradisional dari 10 Kampung di Port Numbay, julukan dari Kota Jayapura. Ada juga Penampilan Tari Kreasi Bumi Papua hingga Tari Yosim Pancar.
Konten menariknya lain dikemas dalam eksibishi tari kesenian paguyuban, pameran produk ekonomi kreatif, dan atraksi dari sejumlah komunitas.
Pembangunan ekonomi di Kota Jayapura khususnya sektor pariwisata harus diselaraskan dengan kearifan lokal setempat. Masyarakat tidak hanya mendapat keuntungan secara ekonomi namun juga aset budaya lokal miliknya tetap terjaga
Digelar juga lomba menari, lomba body painting, hingga menganyam rambut. Selain itu, terdapat juga konser musik dari artis lokal maupun nasional.
Dalam festival ini juga menawarkann bagi pengunjung menjelajahi sejumlah spot wisata melalui Tour Teluk Youtefa. Di Teluk Youtefa terkenal dengan beberapa spot yang bisa dinikmati wisatawatan, yakni Tanjung Kaswari dan Kampung Laut Enggros yang didiami sekitar 160 kepala keluarga. Kampung Enggros dilengkapi villa terapung, gazebo, balai adat, dan berbagai spot budidaya ikan.
Di Enggros ini juga memiliki pemandangan Jembatan Merah Holtekamp. Jembatan sepanjang 732 meter ini ikon terbaru di ibu Kota Papua tersebut.
Benhur dalam sambutannya mengatakan, Pemkot Jayapura dalam pembangunan ekonomi fokus pada sektor jasa dan perdagangan karena minimnya sumber daya alam.
Pendapatan asli daerah Pemkot Jayapura dari sektor jasa mencapai 196 miliar pada tahun 2018. Salah satu bagian dari sektor jasa adalah pariwisata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018, Terdapat 64 hotel dengan 1.332 kamar di Jayapura. Jumlah wisatawatan yang menginap mencapai 105.677 orang.
"Pembangunan ekonomi di Kota Jayapura khususnya sektor pariwisata harus diselaraskan dengan kearifan lokal setempat. Masyarakat tidak hanya mendapat keuntungan secara ekonomi namun juga aset budaya lokal miliknya tetap terjaga," kata Benhur.
Agenda wisata nasional
Ia pun berharap agar Kementerian Pariwisata dapat memasukkan Festival Teluk Humboldt sebagai salah agenda wisata nasional pada tahun 2020 mendatang.
"Kami pun mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Papua agar menata jadwal agenda festival di Papua secara kontinu. Misalnya jadwal Festival Teluk Humboldt, Festival Danau Sentani dan Festival Lembah Baliem yang saling terkoneksi," tutur Benhur.
Sementara itu Rizki selaku perwakilan dari Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Kota Jayapura memiliki keunikan tersendiri di mana masih terdapat 14 kampung di daerah ini.
"Kota ini masih menjaga kebudayaan lokal di kampung-kampung. Hal ini harus dimanfaatkan Pemkot Jayapura dalam pengembangan sektor pariwisata sehingga menarik minat wisatawan," tutur Rizki.
Ia pun mengatakan, terdapat tiga poin penting dalam pengembangan sebuah destinasi wisata, yakni atraksi, akses dan amenitas atau ketersediaan fasilitasi baik perhotelan, restoran dan bank.
"Untuk menciptakan festival yang berkualitas dan menarik wisatawatan diperlukan sejumlah unsur, yakni akses, bisnis, komunitas, pemerintah dan media massa," tutur Rizki.