Distribusi Air Bersih ke Malang Selatan Berjalan Terus
Bantuan air ke sejumlah wilayah di sisi selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, terus dilakukan seiring datangnya puncak musim kemarau.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Bantuan air ke sejumlah wilayah di sisi selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, terus dilakukan seiring datangnya puncak musim kemarau. Namun, bantuan air itu diklaim belum bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat.
”Kami masih menyalurkan bantuan air bersih ke beberapa desa yang membutuhkan di Kecamatan Donomulyo. Bahkan, kami menyiagakan satu mobil tangki di depan Polsek Donomulyo yang bisa dipakai mengangkut air untuk warga,” kata Kepala Subbagian Humas Polres Malang Ajun Komisaris Ainun Djariyah, Rabu (7/8/2019).
Bantuan air oleh Polres Malang dimulai sejak akhir Juli. Polres membantu Pemkab Malang mengurangi beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih saat kemarau tiba. Beberapa desa yang mendapat bantuan air adalah Sumberoto, Kedungsalam, dan Mentaraman.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang juga masih fokus memberikan bantuan air kepada warga di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang Bambang Istiawan mengatakan, dua desa yang mendapat bantuan air adalah Ringinsari dan Sumberagung.
”Kami masih melakukan pengiriman air dua hari sekali masing-masing 10.000 liter,” ujarnya.
BPBD memetakan ada 18 desa di sembilan kecamatan yang rawan krisis air bersih, antara lain di Kecamatan Donomulyo, Sumberpucung, Pagak, Jabung, dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Daerah yang rawan krisis air umumnya memiliki kontur pegunungan.
Sementara itu, Camat Sumbermanjing Wetan Agus Harianto mengatakan, sebagian warga mulai mengalami krisis air bersih menyusul datangnya puncak musim kemarau. Kondisi sumber air menyusut akibat lama tidak turun hujan. Menurut Agus, ada lima desa di wilayahnya yang rawan krisis air bersih. Daerah itu adalah Ringinkembar, Ringinsari, Druju, Klepu, dan Sumberagung.
”Bantuan air kalau ditanya cukup atau tidak, ya, jelas tidak cukup. Untuk bertahan, sebagian masyarakat yang mampu terpaksa beli air. Itu biasa dilakukan setiap kemarau tiba. Bahkan, saat musim hujan, warga yang menggelar hajatan juga harus beli air karena kondisi sumber air di Sumbermanjing Wetan tidak sebanyak daerah lain,” katanya.
Menurut Agus, kondisi air tanah di wilayahnya cukup dalam sehingga tidak semua warga memiliki sumur. Begitu pula perusahaan air daerah tidak bisa menjangkau semua warga akibat sumber air yang terbatas dan wilayah yang bergunung-gunung.