Waspadai Faktor Kelalaian untuk Cegah Kebakaran di Kota Bandung
Memasuki puncak musim kemarau, potensi kebakaran di Kota Bandung, Jawa Barat, meningkat. Faktor kelalaian manusia perlu diwaspadai karena sering memicu kebakaran bangunan dan lahan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Memasuki puncak musim kemarau, potensi kebakaran di Kota Bandung, Jawa Barat, meningkat. Faktor kelalaian manusia perlu diwaspadai karena sering memicu kebakaran bangunan dan lahan.
Berdasarkan data Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DKPB) Kota Bandung 2016-2018, jumlah kebakaran tertinggi terjadi pada Juli-Oktober. Tahun 2017, misalnya, kebakaran terbanyak terjadi pada September dengan 32 kejadian dan Agustus 20 kejadian. Tahun lalu, jumlah kebakaran tertinggi terjadi pada Juli dengan 42 kejadian.
Sementara itu, pada Januari-Juli 2019 terjadi 107 kebakaran. Jumlah itu menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan 144 kejadian.
”Waspadai sambungan listrik berlebih dan berhati-hati saat beraktivitas dengan api. Lalai sedikit akibatnya fatal,” ujar Kepala Seksi Operasi Pemadaman DKPB Kota Bandung Asep Rahmat di Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/8/2019).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, puncak musim kemarau di Bandung dan sekitarnya terjadi Agustus. Kemarau diperkirakan berlangsung hingga Oktober.
”Cuaca panas membuat tanaman seperti ilalang gampang kering. Ketika ada yang membuang puntung rokok, akan menjadi sumber api dan berisiko menyebabkan kebakaran,” ujarnya.
Cuaca panas membuat tanaman seperti ilalang gampang kering. Ketika ada yang membuang puntung rokok, akan menjadi sumber api dan berisiko menyebabkan kebakaran.
Asep juga mengingatkan masyarakat tidak sembarangan dalam menggunakan steker. Tumpukan steker dengan banyak cabang berpotensi memicu tarikan beban berlebih. Akibatnya, kabel panas dan dapat menghasilkan percikan api.
”Aktivitas lain, seperti memasak dan membakar sampah, harus diawasi hingga selesai. Sebab, api akan cepat membesar jika menyambar benda atau tanaman di sekitarnya,” ujarnya.
Asep berharap masyarakat lebih peduli memitigasi bencana kebakaran. Salah satu caranya dengan menekan faktor kelalaian dalam penggunaan listrik dan api.
”Kebakaran bisa dicegah dengan mengurangi faktor-faktor risikonya. Di musim kemarau saat ini, harus lebih berhati-hati karena kejadian kebakaran cenderung meningkat,” ujarnya.
”Walaupun jumlahnya relatif menurun, petugas tetap tidak boleh lengah. Apalagi, sepanjang Agustus 2019 sudah terjadi tujuh kejadian kebakaran. Jadi, penyuluhan antisipasi kebakaran terus digencarkan,” ujarnya.
Kepala DKPB Kota Bandung Dadang Iriana mengatakan, sejumlah upaya dilakukan untuk mencegah kebakaran. Juni lalu, pihaknya memeriksa sambungan listrik di sejumlah pasar tradisional.
Dari pemeriksaan itu, diketahui banyak pedagang menggunakan kabel tidak standar untuk mengalirkan arus listrik. Kelengkapan Apar (alat pemdam api ringan) juga tidak memadai. Hasil pemeriksaan tersebut disampaikan ke pengelola pasar sebagai rekomendasi untuk memperbaiki sistem penanggulangan kebakaran di pasar.
Seiring meningkatnya potensi kebakaran di musim kemarau, Dadang mengatakan, rutin menyosialisasikan pencegahan kebakaran kepada warga. ”Dalam sepekan, kami melakukan sosialisasi ke empat kelurahan. Warga juga diingatkan tidak lalai dalam penggunaan listrik dan kompor,” ujarnya.