Dunia Usaha Didorong Tingkatkan Kepedulian terhadap Bencana
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mendorong dunia usaha meningkatkan kepedulian terhadap potensi bencana yang disebabkan fenomena alam dan aktivitas industri.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mendorong dunia usaha meningkatkan kepedulian terhadap potensi bencana yang disebabkan fenomena alam dan aktivitas industri. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia, potensi bencana di Sidoarjo terbilang tinggi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sidoarjo mencatat semua bencana berpotensi terjadi di Sidoarjo. Bencana itu adalah banjir, puting beliung, tsunami, gerakan tanah, gempa, kebakaran, dan bencana yang disebabkan semburan lumpur Lapindo yang muncul 2006 silam.
Sebagai kota satelit penyangga ibu kota Jatim, Surabaya, Kabupaten Sidoarjo memiliki banyak industri. Jumlah pabrik tercatat lebih dari 8.000 unit yang tersebar di sejumlah kecamatan. Kehadiran industri juga berisiko memicu bencana. Kebakaran yang dipicu kegiatan industri cukup sering terjadi di musim kemarau.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah mengatakan, penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan pemerintah daerah saja, tetapi harus melibatkan semua pihak. Oleh karena itu, pihaknya mengajak dunia usaha peduli terhadap bencana dengan cara memberikan dukungan optimal.
”Sidoarjo memiliki bencana besar, yakni semburan lumpur Lapindo yang masih berlangsung hingga saat ini (13 tahun),” ujar Saiful pada acara rapat koordinasi penanggulangan bencana di Fave Hotel, Sidoarjo, Kamis (8/8/2019).
Saiful mengatakan, untuk menanggulangi bencana, perlu sinergi berbagai pihak. Selain dunia usaha, sinergi juga harus dilakukan dengan komunitas, akademisi, dan media massa. Hanya dengan bersinergi, penanganan bencana bisa dilakukan secara terpadu dan cepat sehingga dampaknya bisa ditekan.
Saiful bercerita, beberapa waktu lalu ada sebuah pabrik kayu terbakar di wilayahnya. Kendati upaya pemadaman sudah dilakukan secara maksimal dengan mendatangkan beberapa unit kendaraan pemadam kebakaran, akan tetapi hasilnya belum sesuai harapan.
Api sulit dipadamkan sehingga kebakaran yang terjadi sejak petang berlangsung hingga keesokan paginya. Kebakaran yang berlangsung lama berisiko menimbulkan dampak besar terhadap masyarakat. Apalagi, Sidoarjo merupakan daerah padat industri.
Lokasi industri ini menyatu dengan permukiman warga karena tidak ada zonasi yang mengatur kawasan usaha, perdagangan, dan permukiman. Setiap pabrik selalu berada di sekitar kawasan permukiman padat. Usaha jasa dan perdagangan pun berkembang pesat.
”Kolaborasi berbagai pihak ini diharapkan mampu menghasilkan kesepakatan mengenai model penanganan bencana dan pembiayaannya. Mampu mengoptimalkan semua unsur dan terbentuknya forum pengurangan resiko bencana,” kata Saiful.
Koordinator Forum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Sidoarjo Imbran menyatakan, peran dunia usaha belum maksimal dalam penanggulangan bencana dan meminimalkan risikonya. Oleh karena itu, pihaknya sepakat apabila dilakukan sinergi dan kolaborasi dengan pihak terkait lainnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sidoarjo Sukiyanto menambahkan, pihaknya terus berupaya menggugah kesadaran pelaku usaha terhadap bencana yang bisa datang setiap saat. Namun, hal itu bukan pekerjaan mudah. Mayoritas pelaku usaha masih berkutat pada kegiatan usaha mereka dan belum banyak yang memiliki kesadaran atau kepedulian terhadap tanggung jawab sosial, apalagi lingkungan.
”Upaya yang dilakukan BPBD Sidoarjo untuk merangkul pelaku usaha sudah maksimal sebenarnya. Salah satunya dengan bersinergi membangun pos pemadam kebakaran di sejumlah lokasi padat industri,” ucap Sukiyanto.
Dalam sinergi itu, dunia usaha diminta menyediakan lahan. Sementara BPBD menyediakan sarana dan prasarana, seperti kendaraan pemadam kebakaran, selang penyemprot air, hidran, dan perlengkapan lain, termasuk petugas. Beberapa pos yang sudah terbangun antara lain di PT Ecco yang berlokasi di Kecamatan Candi dan di Berbek Industri, Kecamatan Waru.