Tidak hanya mengganggu sisi ekonomi, tumpahan minyak akibat kebocoran pada Anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) juga memengaruhi psikologis warga.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Tidak hanya mengganggu sisi ekonomi, tumpahan minyak akibat kebocoran pada Anjungan Lepas Pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) juga memengaruhi psikologis warga. Mereka berharap agar masalah ini segera berakhir sehingga dapat beraktivitas seperti biasa.
Tempat tinggal Muh Dullo (28), warga Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, hanya berjarak 2 meter dari bibir pantai. Ia dan keluarganya mengeluhkan kondisi rumahnya yang berbau tumpahan minyak. Tepat di belakang rumahnya masih ada sisa tumpahan minyak yang tersebar.
Bahkan, bau pekat itu memenuhi rumahnya. Untuk mengurangi kepekatan bau limbah, Dullo kerap menghidupkan kipas angin di dalam rumah. ”Baunya lumayan berkurang meski tetap tertinggal aroma khasnya,” ujar Dullo, Kamis (8/8/2019).
Menurut dia, sejak musibah itu terjadi, kedua putrinya, Zahra (7) dan Bibah (12), mengeluhkan batuk, tenggorokan kering, pusing, dan mual. Tidak hanya anak-anaknya, ia dan sang istri juga mengalami hal yang sama.
Hal serupa juga dialami Carsini (30), warga Desa Pisangan, Kecamatan Cibuaya. Lokasi rumahnya yang menghadap pantai juga terdampak bau pekat itu.
Jika biasanya ia dan ibu-ibu tetangga kerap mengobrol di depan rumah, kini aktivitas itu terhenti sementara. Ia mengaku tidak tahan dengan bau tersebut. ”Supaya bau tidak masuk ke dalam rumah, saya tutup saja pintu dan jendela rumah dengan rapat,” ucapnya.
Di sepanjang Pantai Cemarajaya, Desa Cemarajaya, para warga tampak sibuk membersihkan ceceran tumpahan minyak menggunakan cetok sambil membawa kantong plastik hitam. Tumpahan minyak berwarna hitam yang berbentuk padat ataupun cair menjadi target pembersihan. Mereka mendapat upah dari Pertamina Rp 100.000 per hari.
Saat hari mulai terik, limbah yang semula padat pun jadi meleleh. Sebagian lagi meresap ke dalam pasir pantai. Embusan angin kian membawa bau menyengat yang timbul dari tumpahan minyak. Mayoritas warga lokal mengaku pusing dan mual karena menghirup bau tersebut.
Warga lainnya, Kaimah (34), tampak mengenakan pakaian khusus penanganan limbah berwarna putih, sarung tangan, masker 3M 9004, dan sepatu bot karet. Meski sudah mengenakan perlengkapan standar operasi, ia tetap mencium bau itu dan terkadang mual.
Namun, ia tetap melanjutkan aktivitas pembersihan. ”Mualnya hanya di awal, pada akhirnya terbiasa juga. Saya tetap membantu bersih-bersih supaya lingkungan cepat pulih kembali,” katanya.
Keresahan juga dialami Casyang (54), nelayan sekitar. Selepas mengambil tumpahan minyak di tengah laut, ia terlihat melamun. Saat ditanya sedang memikirkan apa, ia pun menjawab, ”Saya pusing bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga jika saya tidak melaut. Saya harus mencari uang dengan cara apa lagi?” katanya lirih.
Saya pusing bagaimana memenuhi kebutuhan keluarga jika saya tidak melaut. Saya harus mencari uang dengan cara apa lagi.
Baik Dullo, Carsini, Kaimah, dan Casyang, maupun warga lain yang terdampak berharap sama, yakni agar musibah ini segera berakhir dan dapat kembali beraktivitas seperti biasa.
Upaya
Layanan kesehatan juga disediakan Pertamina di sejumlah titik terdampak. Untuk mengantisipasi kondisi kesehatan warga, Pertamina menyiapkan 5 ambulans, 5 dokter, dan 35 paramedis yang tersebar di empat posko kesehatan, yakni di Desa Cemarajaya, Desa Sungai Buntu, Desa Sedari, dan Pantai Mutiara.
Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan, pihaknya terus meningkatkan layanan medis yang dibutuhkan di posko kesehatan sesuai dengan kondisi di lapangan. ”Dengan peralatan, paramedis, dan obat-obatan yang disiagakan sudah cukup untuk melayani dengan baik,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan di posko Desa Cemarajaya, tampak warga datang silih berganti. Posko kesehatan ini tidak hanya melayani warga lokal yang terjun langsung membersihkan limbah, tetapi juga masyarakat sekitar. Mayoritas warga mengeluhkan kondisi pusing, mual, batuk, sesak napas, dan tenggorokan kering.