Sekitar sebulan terakhir, warga Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jateng dibuat resah oleh kehadiran kawanan babi hutan yang merusak sawah mereka. Babi diduga turun karena kawasan hutan kekeringan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS -- Sekitar sebulan terakhir, warga Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jateng dibuat resah oleh kehadiran kawanan babi hutan yang merusak sawah mereka. Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan babi hutan tersebut membuat beberapa petani terancam gagal panen.
Syarif (55), salah satu petani di Desa Cempaka mengatakan sebulan terakhir dirinya dibuat geram dengan ulah babi hutan yang merusak sawahnya. Tak hanya pematang sawahnya saja yang rusak, tanaman padi milik Syarif yang luasnya mencapai 2,5 hektar juga terancam gagal panen.
"Saya sering melihat kawanan babi hutan masuk ke area persawahan warga setiap petang. Jika sudah begitu saya cuma bisa pasrah, mau melawan takut diserang," kata Syarif saat dihubungi dari Pemalang, Jumat (9/8/2019)
Menurut Syarif, selain merusak lahan pertanian, tahun lalu, ada petani yang diserang babi hutan hingga terluka parah. Sehingga, tahun lalu sempat ada gotong royong warga memburu babi hutan
Syarif menambahkan, babi hutan sering kali datang berkelompok. Jumlah babi hutan yang datang mencapai 10-12 ekor.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis petang, lokasi lahan yang dirusak babi hutan terletak sekitar 200 meter dari permukiman warga. Hal itu membuat warga khawatir jika sewaktu-waktu babi hutan masuk ke permukiman warga.
Anggota Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Kabupaten Tegal sekaligus Mantan Kepala Desa Cempaka Abdul Khayi mengatakan, babi hutan kerap kali turun ke area persawahan saat musim kemarau. Babi hutan turun ke area persawahan untuk mencari makan di area persawahan warga karena saat kemarau cadangan air dan makanan dihutan menipis.
Babi hutan turun ke area persawahan untuk mencari makan di area persawahan warga karena saat kemarau cadangan air dan makanan dihutan menipis.
Khayi menambahkan, babi hutan pertama kali merusak lahan pertanian warga Desa Cempaka pada 2017 lalu. Sejak saat itu, warga yang biasanya menggarap lahan milik Perhutani yang terletak sekitar 2 kilometer dari desa, sudah tidak berani lagi beraktivitas di daerah tersebut.
"Padahal dengan menggarap lahan perhutani tersebut perekonomian warga bisa meningkat. Kini, sudah tidak ada lagi warga yang berani menggarap lahan itu," ujar Khayi.
Khayi berharap, ada upaya dari dinas-dinas terkait untuk mengatasi persoalan terkait babi hutan ini. Sehingga, warga tidak perlu lagi merugi karena lahan pertanian mereka rusak dan mereka tidak lagi was-was diserang babi hutan saat melakukan aktivitas di sawah.
Masuk permukiman
Sepekan lalu, serangan babi hutan juga terjadi di Desa Dukuhsalam. Dua ekor babi hutan masuk ke permukiman warga. Satu ekor babi hutan berhasil dibunuh dan satu ekor lainnya lepas.
Yanto (36) salah satu warga Dukuhsalam mengatakan, babi hutan pertama kali muncul dari semak-semak ilalang di sekitar Sungai Gung. Sebelum akhirnya dibuhuh, babi hutan tersebut merusak sebagian perabotan rumah warga.
Koordinator Relawan Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal Kartono saat ditemui Jumat sore di Posko Pengamatan Gunungapi Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang mengatakan, pihaknya bersedia membantu mengusir babi hutan dari area persawahan maupun permukiman warga. Saat ini BPBD Kabupaten Tegal masih menunggu laporan warga terkait kasus babi hutan ini.