Basuki Tjahaja Purnama alias BTP berhasil menemukan ciri pemimpin sesungguhnya setelah ”kuliah” dua tahun di Markas Brimob.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Basuki Tjahaja Purnama alias BTP berhasil menemukan ciri pemimpin sesungguhnya setelah ”kuliah” dua tahun di Markas Brimob. Sifat itu adalah belas kasih, empati, rendah hati, sabar, dan siap membantu rakyat keluar dari kondisi keterbelakangan.
Hal ini disampaikan BTP atau Ahok pada bincang-bincang bertemakan ”Ba Omong deng Ahok” di Kantor DPD PDI-P di Kupang, Selasa (13/8/2019) pukul 17.30 Wita. Hadir pada kesempatan itu kader PDI-P NTT di Kupang, simpatisan, dan perwakilan masyarakat. BTP didampingi Ketua DPD PDI-P Emi Nomleni, Stefano (putra politisi PDI-P Herman Hery) sebagai kader PDI-P NTT, dan moderator Ansy Lema, yang juga politisi PDI-P.
BTP menyebutkan, kedatangannya ke NTT, antara lain, memberi pencerahan kepada pemimpin dan legislatif di daerah ini. Tipe pemimpin seperti apa perlu hadir di NTT. NTT, tambahnya, bisa keluar dari kemiskinan jika dipimpin dengan cara seperti ini. Ahok juga ingin melihat peluang usaha yang bisa mendorong masyarakat bebas dari kemiskinan.
”Pertama perlu dilihat, tujuan menjadi pemimpin atau pejabat itu apa. Tujuan ini tercapai kalau pemimpin itu memiliki karakter belas kasih, empati, sabar, rendah hati, dan siap membantu rakyat. Dengan karakter ini, membangun NTT itu tidak susah, tidak susah memimpin di NTT. Cukup dengan sikap berbelas kasih, empati, kesabaran, dan rendah hati pemimpin itu siap membantu rakyat keluar dari persoalan sehari-hari,” kata BTP.
Hal yang menjadi sulit adalah ketika sudah jadi pejabat, tidak mau mengenal rakyat lagi. Pemimpin itu tidak lagi memiliki belas kasih, empati, sabar, dan rendah hati menolong rakyat dalam kesusahan.
Ia mengakui, ada karakter-karakter itu yang dulu tidak ada pada dirinya sebelum ia ”kuliah” di Mako Brimob, yakni kerendahan hati, kelemahlembutan, empati, dan kesabaran. Namun, melalui ”kuliah” dua tahun di Mako Brimob Kelapa Dua, Jakarta, sifat-sifat itu kini ia miliki. Hal itu ia pahami sebagai kunci menjadi seorang pemimpin yang benar.
”Sebelum saya kuliah selama dua tahun di Mako Brimob, saya bukan tipe pemimpin yang rendah hati, sabar, dan lemah lembut. Setelah lulus kuliah, saya memiliki dan terus belajar memiliki karakter itu,” katanya.
Menurut BTP, seorang pemimpin dikatakan sukses kalau ia memiliki rasa puas karena mampu menolong rakyat yang sedang kesusahan keluar dari kondisi itu. Puas bukan karena mampu mengumpulkan harta dan menempatkan anggota keluarga, kelompok, dan kroni di sejumlah jenjang jabatan.
Ciri lain seorang pemimpin yang sukses adalah apabila ia tidak memiliki kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan dalam rangka memperoleh keuntungan dari jabatannya itu. ”Soal ini sudah saya praktikkan dalam karier politik selama ini,” kata BTP.
Keuntungan lain adalah dalam menolong orang susah tidak menggunakan uang pribadi, tetapi dari APBD. Pejabat dikatakan puas kalau menolong rakyat dengan uang APBD dan fasilitas negara. Ia menjanjikan menularkan karakter itu kepada gubernur, wali kota, dan para bupati selama kunjungannya di NTT.
”Jika gubernur, wali kota, dan bupati tidak bekerja secara baik dan benar, ganti saja dengan figur lain yang siap bangun NTT,” katanya.
Ketika diminta menjadi calon gubernur NTT periode 2024 oleh aktivis perempuan yang juga caleg terpilih DPRD NTT dari PKB, Ana Kolin, BTP spontan menolak. Bahkan, ia kembali menyampaikan komitmennya menggeluti usaha swasta. Ia justru memberi kesempatan kepada putra daerah NTT agar lahir BTP-BTP baru memimpin daerah ini ke arah lebih baik.
Jika gubernur, wali kota, dan bupati tidak bekerja secara baik dan benar, ganti saja dengan figur lain yang siap bangun NTT.
Ia menegaskan, tujuan utama kedatangannya ke NTT memantau peluang usaha terbaik yang bisa dikembangkan. Ia menilai, sektor pertanian bisa digarap untuk mendorong sektor lain.
”Jagung, misalnya, jika dikembangkan dalam skala besar dan dikelola secara profesional bisa mendorong perkembangan di sektor lain, seperti pakan ternak dan peternakan. Sesuai informasi, jagung cocok dikembangkan di daerah ini,” katanya.
Caleg DPR terpilih dari PDI-P, Ansy Lema, mengatakan, kehadiran BTP ke NTT sebagai utusan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Selain melihat peluang usaha di NTT, BTP juga memberi pembelajaran politik kepada para kepala daerah dan legislatif di daerah ini.
Sebelum pertemuan terbuka itu, BTP bertemu tertutup dengan para rektor perguruan tinggi dan tokoh agama. Pada kesempatan itu, Ketua Sinode Gereja Kristen Injili di Timor Pdt Mery Kolimon membacakan sebuah puisi buat BTP.