Siswa SMA yang tergabung dalam Komunitas Madyapadma meluncurkan enam buku selama pelaksanaan Book Fair 2019, Senin-Rabu (12-14/8/2019), di gedung pertemuan SMPN 4 Denpasar, Bali. Buku tersebut garapan para siswa yang mengambil tema fiksi, penelitian, dan karikatur.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
Minat baca buku di kalangan remaja Kota Denpasar masih terjaga. Pelaksanaan Book Fair 2019 di SMP Negeri 4 Denpasar, Bali, mampu menyedot sekitar 1.600 pengunjung selama Senin hingga Rabu (12-14/8/2019).DENPASAR, KOMPAS — Siswa sekolah menengah atas yang tergabung dalam Komunitas Madyapadma meluncurkan enam buku selama pelaksanaan Book Fair 2019, Senin-Rabu (12-14/8/2019), di gedung pertemuan SMP Negeri 4 Denpasar, Kota Denpasar, Bali. Buku tersebut garapan para siswa yang mengambil tema fiksi, penelitian, dan karikatur.
Komunitas tersebut merintis buku-buku yang diterbitkan secara mandiri sejak 2003. Anggota komunitas yang dimotori siswa SMA Negeri 3 Denpasar tersebut telah mampu menyelesaikan 74 buku. Keenam buku yang diluncurkan di antaranya buku penelitian, yaitu Thailand Series 1, Thailand Series 2, Seri Ilmiah Eling Supplement, karikatur Polemik Negeri, Nyegara Gunung, dan Gelang Takdir.
Wali Kota Denpasar Rai Mantra mengapresiasi pelaksanaan Book Fair 2019 yang semakin inovatif pada penyelenggaraan ke-11 tahun ini. Ia berharap kegiatan itu mampu menginspirasi dan membangkitkan ide kreatif serta inisiatif anak-anak untuk lebih berkembang dan maju pola pikirnya.
”Tentu saja, pameran dan seluruh penyelenggaraan acara ini dalam upaya menjaga dan meningkatkan budaya literasi anak serta remaja di Denpasar. Apalagi, pengetahuan dan wawasan banyak didapatkan dari banyak sumber, terutama buku,” kata Rai Mantra.
Ia menambahkan, perkembangan teknologi dapat tetap memberikan inspirasi kepada anak-anak muda untuk berkarya. Utamanya, buku tetap tidak ditinggalkan sebagai bahan bacaan, referensi menuju anak muda yang kreatif dan inovatif.
Tahun ini, pameran buku tahunan di Denpasar mengambil tema ”Mengisi Diri, Meneguhkan Indonesia”. Tema ini diambil sebagai bagian dari harapan agar iklim literasi di kalangan anak muda tetap terjaga. Selain itu, pameran diharapkan juga mampu menggerakkan ekonomi.
Made Taro, maestro dongeng Bali, mengaku bangga dengan kreativitas generasi muda melalui gelaran Book Fair 2019 tersebut. Apalagi, komunitas remaja ini mampu memperlihatkan kemampuannya dengan menulis hingga menerbitkan beragam buku.
Acara tersebut tak hanya berupa pameran. Beberapa acara juga dilaksanakan, di antaranya lomba majalah dan koran dinding tingkat SMA, bedah buku, gerakan peduli dan berbagi buku, bincang dan workshop terkait buku, pameran jurnalistik dan ilmiah, serta pemutaran film karya Komunitas Madyapadma.
Sejumlah penerbit juga bertemu serta membangun hubungan timbal balik antara penulis buku, penerbit, distributor, konsumen buku, pemegang kebijakan, dan media massa. Mereka juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya membaca sebagai kebutuhan hidup dan mengembangkan industri penerbitan di Denpasar, antara lain Gramedia, Paramitha, dan Toga Mas.
Ketua panitia yang juga Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Denpasar IB Yoga Edhartha mengatakan, tahun ini pameran dikemas lebih kreatif dari tahun sebelumnya dengan diikuti 17 penerbit. Ia berharap muncul aksi positif dari penyelenggaraan book fair ini guna menunjang Denpasar sebagai kota cerdas. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu memberikan dukungan terhadap eksistensi buku di tengah pesatnya arus digitalisasi.