Populasi Kerbau Rawa Terus Turun, Program Inseminasi Buatan Diperlukan
Keberadaan kerbau rawa di Sumatera Selatan kian terancam. Kini populasinya diperkirakan kurang dari 10.000 ekor. Untuk itu, diperlukan langkah konkret agar kerbau rawa tidak hilang. Salah satunya melakukan upaya khusus melalui sistem inseminasi buatan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PANGKALAN BALAI, KOMPAS — Keberadaan kerbau rawa di Sumatera Selatan kian terancam. Kini, populasinya diperkirakan kurang dari 10.000 ekor. Karena itu, diperlukan langkah konkret agar kerbau rawa tidak hilang. Salah satunya melakukan upaya khusus melalui sistem inseminasi buatan.
Peneliti kerbau rawa dari Universitas Sriwijaya, Arfan Abrar, Kamis (15/8/2019), di Pemusatan Kerbau Rawa di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumsel, mengatakan, saat ini keberadaan kerbau rawa sangat terancam. Setiap tahun populasinya terus turun. Di Kecamatan Rambutan saja jumlahnya menurun. Dari sekitar 5.000 ekor pada 2010, sekarang jumlahnya hanya tinggal 3.000 ekor.
Kalau tidak segera dilakukan langkah konkret, dikhawatirkan kerbau rawa di Sumsel akan habis.
Penurunan itu juga terjadi di sejumlah kawasan populasi kerbau rawa, seperti di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Tanjung Senai, Kabupaten Ogan Ilir. ”Kalau tidak segera dilakukan langkah konkret, dikhawatirkan kerbau rawa di Sumsel akan habis,” katanya.
Ada beberapa penyebab dari penuruan populasi itu, yakni adanya perkawinan sekerabat yang membuat kondisi kerbau tidak baik. Selain itu, cara perawatan masyarakat yang masih sangat tradisional. ”Teknologi sekarang sudah ada, tinggal penerapannya,” ungkap Arfan. Pemerintah pun lebih fokus pada pengembangan sapi daripada kerbau rawa.
Karena itu, Universitas Sriwijaya sedang melakukan sejumlah riset yang kemudian diterapkan sebagai langkah aksi untuk pengembangbiakan kerbau rawa secara lebih modern. Salah satunya dengan menggunakan inseminasi, yakni menyuntikkan sperma kepada betina yang sudah bisa berproduksi.
Bukan hanya itu, waktu pembuahan tidak hanya dilakukan malam hari, tetapi juga bisa dilakukan sepanjang hari. ”Dengan demikian, tidak ada batas waktu perkawinan. Asalkan kerbau sudah birahi, proses inseminasi sudah bisa dilakukan,” kata Arfan.
Kerbau rawa sendiri bisa mulai berkembang biak pada usia dua tahun. Walau butuh waktu mengandung hingga 10 bulan, kerbau rawa masih bisa melahirkan pada usia 14 tahun. Untuk pengembangannya, saat ini masih dilakukan pendataan jumlah kerbau rawa yang masih produktif di Sumsel.
Sumsel memiliki rawa luas
Menurut dia, Sumsel memiliki potensi yang cukup baik disebabkan ada kawasan rawa yang cukup besar serta ketersediaan pangan yang cukup baik. Hal itu bisa dimanfaatkan untuk pengembangbiakan kerbau rawa. Apalagi tahun ini Unsri menyediakan 400 bibit kerbau rawa unggul untuk inseminasi ini.
Arfan mengemukakan, dengan mengembangkan kerbau rawa dan melakukan edukasi kepada para peternak, diharapkan dapat meningkatkan penghasilan bagi para peternak itu sendiri. Itu karena kerbau rawa menghasilkan produk turunan yang baik, terutama susu. ”Susu kerbau rawa bisa dijadikan berbagai macam produk turunan seperti gula puan dan keju,” katanya. Harganya juga lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi biasa.
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead menuturkan, program ini sangat penting untuk dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Di sisi lain, cara ini juga cocok untuk meminimalkan risiko kebakaran lahan gambut.
Susu kerbau rawa bisa dijadikan berbagai macam produk turunan seperti gula puan dan keju.
”Teknologi dan pengelolaannya harus disalurkan kepada para peternak agar mereka tidak hanya menjadi peternak biasa, tetapi sudah semakin maju, yakni menjadi pebisnis,” kata Nazir. Apalagi, produk turunan yang dihasilkan susu kerbau rawa sangat banyak, seperti samin, susu, mozarela, dan keju.
Di sisi lain, dengan adanya kerbau rawa yang mendatangkan pendapatan bagi masyarakat, mereka tidak akan mungkin melakukan pembakaran lahan karena lahan itu digunakan untuk habitat kerbau rawa tersebut. Nazir berharap program ini terus dijalankan. ”Kami siap membantu dengan sejumlah kementerian. Bahkan, Gubernur Sumsel pun siap untuk menggunakan APBD untuk mendukung program ini,” katanya.