Herodes Maukesa (16), siswa SMAN Alemba, selaku anggota Paskibra Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, NTT, diduga mencari sensasi dengan cara memanjat tiang bendera saat upacara penurunan bendera, Sabtu (17/8/2019) pukul 16.30 Wita.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KALABAHI, KOMPAS — Herodes Maukesa (16), siswa SMAN Alemba, selaku anggota Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih Tingkat Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, diduga mencari sensasi dengan cara memanjat tiang bendera saat upacara penurunan bendera Merah Putih di daerah itu, Sabtu (17/8/2019) pukul 16.30 Wita. Aksinya diduga sengaja memanjat tiang bendera untuk mengurai tali yang tersangkut di puncak tiang bendera, tetapi cara menurunkan tali salah dan harus diperbaiki.
Bupati Alor Amon Djobo, dihubungi di Kalabahi, Kabupaten Alor, NTT, Minggu (18/8/2019), mengatakan, kasus Herodes Maukesa yang jatuh dari tiang bendera saat berupaya mengurai tali bendera yang tersangkut dan menjadi viral di media sosial, bukan masalah luar biasa. Itu hanya gaya anak muda yang ingin mencari perhatian.
”Mereka ingin mencari sensasi, tetapi dibuat berlebihan. Memang tali bendera saat hendak diturunkan tersangkut di puncak karena simpul tali itu salah tarik. Semestinya cara tarik turunkan tali ditukarkan ke penarik yang lain, tetapi secara diam-diam salah seorang di antara mereka berdua dengan cepat merangkak naik, memanjat tiang bendera itu,” kata Djobo.
Akibatnya, saat Herodes Maukesa berada di pertengahan tiang, tiba-tiba tiang roboh. Herodes ikut jatuh bersama tiang itu. Sebagian peserta upacara penurunan bendera berteriak histeris dan berlari menyelamatkan Herodes yang tergeletak di tanah berumput, sementara sebagian lainnya menyelamatkan kain bendera.
Mereka ingin mencari sensasi, tetapi dibuat berlebihan. Memang tali bendera saat hendak diturunkan tersangkut di puncak karena simpul tali itu salah tarik. Semestinya cara tarik turunkan tali ditukarkan ke penarik yang lain, tetapi secara diam-diam salah seorang di antara mereka berdua dengan cepat merangkak naik, memanjat tiang bendera itu.
Bendera itu pun tidak tersentuh di tanah. Sebelum tiang rebah di tanah, peserta sekitar sudah datang menunggu dan menyelamatkan Herodes, sekaligus mengamankan bendera tersebut. Tiang bendera itu pun ditegakkan kembali bersama bendera yang masih melekat.
Setelah itu, bendera diturunkan secara benar. Sementara Herodes dibawa ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kalabahi, sekitar 25 kilometer dari Lembur.
”Begitu melihat viral di media sosial, saya langsung ke IGD RSUD Kalabahi, hendak melihat Herodes. Tetapi, ia sudah pulang. Herodes sempat dirawat di rumah sakit itu sekitar 20 menit. Memang dia punya cara jatuh seperti orang terjun payung, dengan posisi kaki lebih dahulu menyentuh tanah sehingga relatif lebih aman,” kata Djobo.
Tokoh masyarakat Alor, Johan Lekimau (56), mengatakan, aksi Joni Bere (12), siswa SMP di Belu, NTT, yang memanjat tiang bendera saat upacara bendera berlangsung beberapa waktu lalu, kemudian mendapat respons positif, pujian, dan penghargaan dari sejumlah pejabat dan pengusaha, membuat orang lain tertarik hal yang sama. Mereka berpikir, dengan melakukan hal itu, akan mendapat pujian dan penghargaan serupa.
Ia berharap pemerintah tidak lagi merespons tindakan spontan yang dilakukan seseorang terkait menaikkan atau menurunkan bendera. Sejak tahun 1945 sampai hari ini, setiap menurunkan atau menaikkan bendera, sering ada masalah terkait tali bendera. Sejak itu pula selalu ada upaya untuk memperbaiki tali yang terlilit, entah dengan cara memanjat atau merebahkan tiang.
”Kalau ada aksi seperti itu, jangan diberi penghargaan dan pujian lagi. Nanti semua orang berlomba-lomba mencari sensasi dengan memanjat tiang bendera guna mendapatkan pujian atau penghargaan serupa,” kata Lekimau.