BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi kebakaran lahan di sebagian besar wilayah provinsi itu. Saat ini, NTB tengah memasuki puncak musim kemarau.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi kebakaran lahan di sebagian besar wilayah provinsi itu. Saat ini, NTB tengah memasuki puncak musim kemarau.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat Luhur Tri Uji Priyanto, Senin (19/8/2019), mengatakan, Agustus merupakan puncak musim kemarau di NTB. Pada dasarian I (sepuluh hari pertama) Agustus tidak terjadi hujan di seluruh wilayah NTB. Sifat hujan pada dasarian I Agustus umumnya di bawah normal.
Selain itu, kata Luhur, hari tanpa hujan (HTH) juga umumnya dalam kategori sangat panjang, yakni 31-60 hari hingga kekeringan ekstrem di atas 60 hari. ”Melihat peluang curah hujan dasarian dan satu bulan ke depan yang masih kurang serta hasil monitoring HTH yang mencapai lebih dari 60 hari, kami tetap memberikan peringatan dini kekeringan secara meteorologis,” kata Luhur.
Menurut Luhur, selain peringatan dini kekeringan, mereka juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai terjadinya kebakaran lahan. Kewaspadaan itu penting mengingat kejadian kebakaran di wilayah NTB mulai muncul.
Sepanjang Agustus tercatat sudah tiga kejadian kebakaran lahan, yakni di kaki Gunung Tambora, tepatnya di Desa Piong, Kabupaten Bima, Selasa (13/8). Ada pula kebakaran di lahan kebun rumput gajah milik balai pembibitan ternak, hijauan, dan makanan ternak yang terletak di Desa Serading, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Kamis (15/8).
Kebakaran juga terjadi pada Minggu (18/8) sore di kawasan perbukitan di Dusun Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Kebakaran-kebakaran tersebut berhasil dipadamkan.
Bersama tim gabungan, kami juga sudah memasang sekat atau lorong sehingga api tidak meluas.
”Semalam, selain penyiraman, bersama tim gabungan kami juga sudah memasang sekat atau lorong sehingga api tidak meluas,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB Madani Mukarom.
Menurut Madani, luas area yang terbakar di Nipah masih belum diketahui karena masih diukur. Begitu juga penyebab kebakaran masih diselidiki oleh Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat dan Kepolisian Resor Lombok Utara.
Kejadian itu menambah jumlah kejadian kebakaran sepanjang 2019. Menurut Madani, hingga Juli 2019 tercatat sebanyak 1.952 hektar lahan di NTB yang terbakar, baik di Lombok maupun Sumbawa. Lahan yang terbakar 95 persen berisi alang-alang. ”Sementara untuk hutan, pada tegakan utuh termasuk lembab sehingga tidak mudah terbakar,” kata Madani.
Pantauan Kompas, lokasi bukit yang terbakar di Nipah berada sekitar 28 kilometer utara Kota Mataram, ibu kota NTB. Area yang terbakar berada pada sisi timur dan barat bukit pada ketinggian 20-30 meter dari jalan raya.
Sisa kebakaran di Dusun Nipah masih terlihat seperti area yang menghitam dan pohon-pohon yang hangus. Sejauh ini, kejadian tersebut tidak mengganggu aktivitas warga, termasuk kegiatan pariwisata di kawasan tersebut.
Untuk menghindari munculnya titik api dan kebakaran serupa, hingga Senin siang satuan tugas kebakaran hutan dan lahan NTB juga bersiaga di sekitar lokasi. Selain anggota tim, mereka juga menyiagakan satu unit mobil pemadam kebakaran.
”Kami mengimbau masyarakat pengguna jalan raya sekitar area agar tidak membuang puntung rokok sembarangan,” kata Kepala Bidang Humas Polda NTB Komisaris Besar Purnama.
Selain imbauan dan sosialisasi kepada masyarakat, menurut Madani, pihaknya juga melakukan patroli rutin pada 11 kesatuan pengelola hutan (KPH) di seluruh NTB. Patroli itu untuk mencegah pembalakan liar juga kegiatan pembukaan lahan dengan pembakaran.