Temui Wali Kota Sorong, Demonstrasi Berujung Ricuh
Demonstrasi oleh massa di halaman Kantor Wali Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (20/8/2019) siang, berujung ricuh.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS — Wali Kota Sorong Lamberth Jitmau bersama sejumlah pejabat dilempari batu saat Lamberth sedang berbicara kepada massa yang berunjuk rasa di halaman Kantor Wali Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (20/8/2019) siang. Aparat keamanan yang berjaga pun langsung mengendalikan situasi.
Awalnya, massa yang berjumlah lebih dari 1.000 orang itu melakukan jalan kaki dari sejumlah titik kumpul menuju halaman kantor wali kota. Mereka berteriak meminta agar pelaku ucapan rasial di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, ditangkap serta diproses hukum.
Beberapa orang yang ikut dalam rombongan itu melempari toko dan kantor yang ada di jalanan yang dilewati. Aksi tersebut sempat membuat warga yang rumahnya berada di dekat jalanan bersiaga.
Sekitar satu jam, massa sudah terkonsentrasi di halaman Kantor Wali Kota Sorong. Para orator secara bergantian menyampaikan aspirasi mereka. ”Proses hukum mereka yang menghina mahasiswa Papua. Hati kami sangat sakit. Ini bukan baru pertama kali, tapi sudah sering terjadi,” ujar salah seorang orator.
Saat Lamberth berbicara, massa belum tenang. Mereka terus berteriak. Belum tiga menit menyapa demonstran, sebuah botol air mineral melayang ke arah Lamberth dan sejumlah pejabat. Sontak, batu dan kayu ikut melayang. Dilindungi beberapa polisi dan tentara serta warga, Lamberth berlari ke dalam gedung kantor wali kota.
Massa langsung dihadang aparat gabungan TNI dan Polri. Aparat menghalau massa yang hendak masuk ke kantor wali kota. Massa pun dipukul mundur dengan tembakan gas air mata. Tembakan peringatan terdengar puluhan kali. Konsentrasi massa pun terpecah. Mereka berlarian.
Lamberth menyesalkan kejadian tersebut. Ia meminta agar orang-orang yang bertanggung jawab atas aksi itu dimintai pertanggungjawaban. ”Ada yang murni demo karena masalah itu, tapi ada yang punya kepentingan. Saya sudah tahu beberapa orang yang punya kepentingan. Saya kenal mereka,” ujarnya.
Seperti yang diberitakan, sebelumnya, Senin (19/8/2019), aksi unjuk rasa berujung tindakan kekerasan juga terjadi di Bandar Udara Domine Eduard Osok, Sorong. Ada penerbangan yang batal mendarat. Dinding kaca di dekat pintu keberangkatan dan kedatangan jebol akibat dihantam serta dilempari bantu. Di halaman parkir, satu mobil polisi dan tiga sepeda motor terbakar. Puluhan mobil dan sepeda motor juga dirusak.
Penumpang yang baru mendarat tertahan di dalam bandara hingga pukul 19.00 WIT. Mereka tidak mau keluar dengan alasan keselamatan. Beberapa penumpang yang nekat keluar meminta pengawalan dari anggota Marinir TNI AL.
Pada Selasa pagi, 200 personel Brigade Mobil dari Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan tiba di Sorong untuk membantu pengamanan kota terbesar di Papua Barat itu. Menurut rencana, akan ada tambahan 600 personel lagi dari sejumlah provinsi terdekat.
Personel Brimob dari Sulsel itu tiba di Bandar Udara Domine Eduard Osok, Sorong, menggunakan pesawat carteran pada pukul 04.00 waktu setempat. Selanjutnya, para personel itu ditugaskan membantu pengamanan sejumlah obyek vital, seperti bandara, kantor wali kota, terminal Pertamina, dan jalanan strategis, seperti Jalan Basuki Rahmat.