Sepanjang Juni hingga Agustus 2019, total luas lahan yang terbakar di Provinsi Aceh mencapai 369 hektar. Luas lahan yang terbakar kemungkinan bertambah sebab titik api di beberapa lokasi masih terdeteksi.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sepanjang Juni hingga Agustus 2019, total luas lahan yang terbakar di Provinsi Aceh mencapai 369 hektar. Luas lahan yang terbakar kemungkinan bertambah sebab masih terdapat titik api di beberapa lokasi.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Aceh Muhammad Syahril seusai penandatanganan kerja sama siaran kebencanaan dengan Radio Republik Indonesia Banda Aceh, Rabu (21/8/2019). Kerja sama tersebut untuk meningkatkan fungsi radio dalam menyampaikan informasi kebencanaan dan mendidik warga tentang mitigasi.
Syahril menuturkan, kebakaran lahan gambut di Aceh Barat dan Nagan Raya berdampak buruk terhadap kehidupan manusia. Selain kerugian materil, warga juga mengalami dampak kesehatan. Nilai kerugian warga mencapai Rp 2,7 miliar.
Kerugian materil, kata Syahril, berupa tanaman warga yang produktif, seperti karet, sawit, dan kakao, serta palawija, ikut terbakar. ”Potensi pendapatan warga dari panen lenyap dan mereka harus menanam kembali dari awal,” kata Syahril.
Syahril menuturkan, kebakaran lahan tahun ini tergolong parah. Bahkan, pihaknya harus meminta bantuan helikopter dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). ”Perlu penegakan hukum secara tegas terhadap pelaku pembakar lahan agar ada efek jera,” ujar Syahril.
Berdasarkan data dari BPBA, pada 2018, dari 33 kali kebakaran lahan, nilai kerugian mencapai Rp 51 miliar. Ini belum termasuk dampak buruk terhadap kesehatan warga dan terganggunya aktivitas perekonomian warga.
Potensi pendapatan warga dari panen lenyap dan mereka harus menanam kembali dari awal.
Kasi Data dan Informasi Badan Metereologi dan Geofikasi Blang Bintang Zakaria Ahmad mengatakan, potensi kebakaran semakin besar lantaran musim kering tengah melanda Aceh. Zakaria mengingatkan warga agar tidak membakar lahan dan membuang puntung rokok ke lahan sebab bisa memicu kebakaran.
”Kemarin, kami mendeteksi ada sembilan titik api tersebar di beberapa daerah, tetapi hari ini sudah hilang,” kata Zakaria.
Sementara itu, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur mengatakan, kebakaran lahan membuat rugi semua pihak, terutama sekali warga yang tidak ada sangkut pautnya dengan lahan.
Selain manusia, binatang yang hidup di dalam lahan itu juga mati, seperti ular dan cacing. Padahal, keberadaan hewan itu menjadi penyeimbang ekosistem dan menjaga kesuburan tanah.
Nur mempertanyakan keseriusan para pihak mengungkapkan dalang di balik kebakaran lahan yang terjadi selama ini di Aceh. Pasalnya, dalam banyak kasus, hampir tidak ada pelaku yang ditangkap. Menurut Nur, tanpa ada penindakan hukum yang tegas dan langkah antisipasi yang serius, kebakaran lahan akan terus terulang.