Kekeringan, Warga Andalkan Air Bersih dari Pemerintah
Kekeringan melanda enam kecamatan di Kota Bandar Lampung sejak dua bulan terakhir. Warga yang kesulitan air bersih mengandalkan distribusi air dari pemerintah.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Kekeringan melanda enam kecamatan di Kota Bandar Lampung sejak dua bulan terakhir. Warga yang kesulitan air bersih mengandalkan distribusi air dari pemerintah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, enam kecamatan yang dilanda kekeringan, yakni Kecamatan Sukabumi, Kedamaian, Panjang, Kedaton, Kemiling, dan Tanjung Karang Barat. Kekeringan paling parah melanda Kecamatan Kedamaian dan Sukabumi.
Di dua daerah itu, ratusan warga mengeluhkan kekurangan air bersih karena sumur mereka mengering. Selama satu bulan terakhir, warga tidak mendapatkan air meskipun telah memiliki sumur bor.
Saya mengambil air dari rumah saudara yang tinggal di Kecamatan Way Halim. Jaraknya sekitar empat kilometer dari rumah saya (Devi Melina)
Menurut Devi Melina (27), warga Kelurahan Bumi Kedamaian, Kecamatan Kedamaian, selama ini warga mengandalkan air dari sumur bor untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, sejak sumur mengering, warga terpaksa harus mengambil air dari rumah tetangga atau kerabat mereka yang tinggal di kecamatan lain. Untuk menghemat penggunaan air, warga memilih menggunakan jasa cuci pakaian.
“Saya mengambil air dari rumah saudara yang tinggal di Kecamatan Way Halim. Jaraknya sekitar empat kilometer dari rumah saya,” ujar Devi saat ditemui di Bandar Lampung, Jumat (23/8/2019).
Devi mengaku terbantu dengan penyaluran air bersih dari pemerintah Kota Bandar Lampung. Meski begitu, dia berharap, pemerintah juga membantu pembangunan sumur bor yang lebih dalam.
Ketua RT 3 Lingkungan 2, Kelurahan Bumi Kedamaian Darozi mengatakan, sebagian besar sumur bor milik warga memiliki kedalaman 30-40 meter. Saat musim kemarau, sumur tersebut tidak lagi mengeluarkan air.
Menurut Darozi, sumber air di Kedamaian yang memiliki kontur berbukit diduga berada di tanah yang lebih dalam. Saat ini, warga membutuhkan sumur bor dengan kedalaman hingga 100 meter.
Mencuci di sungai
Sementara itu, warga di Kecamatan Teluk Betung Selatan memanfaatkan air sungai untuk mencuci pakaian. Meski air keruh dan sampah menumpuk di sungai, sejumlah warga mengaku memilih mencuci di sungai karena air di sumur mereka berkurang.
Jaemah (55), warga kelurahan Gedung Pakuan, Kecamatan Teluk Betung Selatan menuturkan, dia sebenarnya memiliki sumur gali dengan kedalaman 4 meter. Namun, sejak kemarau, air di sumurnya menipis. “Saya mencuci di sungai karena air sumur sudah berkurang. Air sumurnya dipakai untuk mandi,” ujarnya.
Saya mencuci di sungai karena air sumur sudah berkurang. Air sumurnya dipakai untuk mandi (Jaemah)
Meski telah tersedia fasilitas sumur dan tempat mencuci bersama yang dibangun Pemerintah Kota Bandar Lampung, Jaemah mengaku lebih suka mencuci di sungai karena jaraknya lebih dekat. Selain itu, dia enggan membayar Rp 2.000 untuk dapat menggunakan fasilitas mencuci tersebut.
Kepala Seksi Tanggap Darurat, Evakuasi, dan Kebakaran BPBD Kota Bandar Lampung Suhaimi menuturkan, pihaknya telah menyalurkan air bersih sekitar 80 kali selama dua bulan terakhir.
Distribusi air bersih untuk mengatasi kekeringan ini merupakan instruksi dari Wali Kota Bandar Lampung Herman HN. “Kami membagikan air bersih sebanyak 5.000 liter. Air itu bisa digunakan untuk sekitar 100-200 warga,” katanya.
Awalnya, petugas BPBD melakukan mengiriman air bersih dua kali dalam seminggu. Namun, laporan kekeringan semakin meningkat pada Agustus 2019. Sejak dua minggu terakhir, jadwal pengiriman air pun dilakukan hampir setiap hari. Dalam sehari, petugas dapat mengirimkan air ke 2-3 kelurahan berbeda.
Suhaimi memprediksi, musim kemarau masih akan terjadi hingga November 2019. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan air bersih, BPBD mengoperasikan mesin penyedot air dari sumur bor selama 24 jam.
Dia menambahkan, pemerintah Kota Bandar Lampung sebenarnya telah memberikan bantuan pembuatan sumur swadaya untuk masyarakat di sejumlah daerah yang dilanda kekeringan. Namun, tahun ini, setiap tahun, daerah yang terdampak kekeringan semakin meluas.