Dua minggu setelah Idul Adha, harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, berangsur-angsur turun. Meskipun demikian, harga cabai masih tergolong tinggi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dua minggu setelah Idul Adha, harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, berangsur-angsur turun. Meskipun demikian, harga cabai masih tergolong tinggi. Pedagang pun belum bisa mendapatkan omzet seperti biasa karena konsumen masih membatasi pembelian.
Pantauan Kompas di Pasar Raya Padang, pasar terbesar di Kota Padang, Selasa (27/8/2019), harga rata-rata cabai merah Rp 60.000 per kilogram. Pada Idul Adha, Minggu (11/8/2019) lalu, harga cabai merah mencapai Rp 80.000 per kilogram.
”Harga cabai berangsur turun sejak seminggu terakhir. Beberapa hari setelah Idul Adha harga bertahan, tetapi sekarang sudah turun,” kata Enida (60), pedagang di Blok II Pasar Raya Padang.
Meskipun turun hingga Rp 20.000 per kilogram, harga cabai masih tergolong tinggi. Pada kondisi normal, harga cabai merah cuma Rp 30.000 per kilogram. Tingginya harga dipicu minimnya pasokan dari sentra penghasil cabai di Pulau Jawa.
Enida biasanya mendapat pasokan cabai sekitar 50 kotak per hari, satu kotak berisi 30 kilogram. Namun, sejak pasokan kurang, kiosnya cuma kebagian maksimal 10 kotak per hari.
Sulit kembali
Ujang (50), pedagang di Jalan Pasar Baru, Pasar Raya Padang, mengatakan, kurangnya pasokan cabai merah dari Jawa sudah berlangsung sejak menjelang Idul Fitri, sekitar Mei 2019. Sejak saat itu, harga berfluktuasi, tetapi tidak pernah mencapai harga normal.
”Pasokan cabai merah sulit karena di Jawa sedang kemarau. Sesudah Idul Adha, harga memang berangsur turun, tetapi sepertinya sulit kembali ke harga normal. Kemarau belum berakhir,” kata Ujang.
Ujang berharap, pasokan cabai merah ke Sumatera Barat kembali normal. Sejak harga cabai merah mahal, omzet Ujang menurun hingga 50 persen karena daya beli masyarakat rendah. Komoditas cabai merah menyumbang 30 persen omzet dari seluruh jenis komoditas pertanian yang dijual Ujang.
Rasanya memang kurang pedas dan sulit digiling, tetapi bagaimana lagi, uang saya tidak cukup.
Nurmaini (50), pembeli, mengaku kesulitan mengatur keuangan rumah tangga akibat tingginya harga cabai merah. Bagi sebagian besar keluarga di Minangkabau, cabai merah menjadi kebutuhan pokok karena sudah terbiasa dengan masakan pedas.
”Karena tidak sanggup lagi membeli cabai merah biasa, sejak dua minggu terakhir saya terpaksa beli cabai TW (cabai merah besar), harganya lebih murah (Rp 35.000-Rp 44.000 per kilogram). Rasanya memang kurang pedas dan sulit digiling, tetapi bagaimana lagi, uang saya tidak cukup,” kata Nurmaini.
Turunnya harga cabai merah diikuti pula oleh sejumlah komoditas lain, seperti cabai hijau dan bawang merah. Harga cabai hijau turun sejak tiga hari terakhir dari Rp 36.000 per kilogram menjadi Rp 32.000 per kilogram. Sementara itu, harga bawang merah seusai Idul Adha turun menjadi Rp 18.000 per kilogram dari Rp 28.000 per kilogram.
Menurut Ujang, harga cabai hijau turun karena berkurangnya permintaan. Adapun harga bawang merah anjlok karena sentra penghasil bawang merah di Solok, Sumbar, sedang musim panen raya.