Realisasi investasi di Kalimantan Barat triwulan I-2019 meningkat dari periode yang sama tahun 2018. Hal itu mengindikasikan Kalbar masih menjadi primadona investasi. Sayangnya, Kalbar masih sangat bergantung pada investasi di sektor primer.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Realisasi investasi di Kalimantan Barat triwulan I-2019 meningkat dari periode yang sama tahun 2018. Hal itu mengindikasikan Kalbar masih menjadi primadona investasi meski masih sangat bergantung pada investasi di sektor primer.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalbar Junaidi, Selasa (27/8/2019), mengatakan, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), Januari-Maret 2019, mencapai Rp 5,35 triliun. Nilai itu meningkat 69,25 persen dibandingkan dengan periode sama 2018 yang sebesar Rp 3,16 triliun.
Nilai investasi triwulan I-2019 PMDN sebesar Rp 2,57 triliun, meningkat 2,28 persen dibandingkan triwulan I-2018 yang hanya sebesar Rp 2,52 triliun. Sementara untuk PMA sebesar Rp 2,78 triliun meningkat 330,13 persen dari Rp 645,64 miliar pada triwulan I-2018. Selama periode triwulan I-2019, tenaga kerja Indonesia yang terserap sebanyak 2.706 orang.
”Tren positif ini akan berlanjut pada masa mendatang. Apalagi, didukung dengan tekad kuat pemerintah yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi, pemanfaatan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik yang lebih baik, serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi pemerintah terkait baik di pusat dan daerah,” kata Junaidi.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalbar juga mencatat realisasi investasi (PMDN dan PMA) berdasarkan lokasi proyek (lima besar) adalah Kabupaten Ketapang Rp 1,33 triliun, Bengkayang Rp 1,32 triliun, Sanggau Rp 986,78 miliar, Sintang Rp 571,60 miliar, dan Melawi Rp 356,19 miliar.
Adapun realisasi investasi (PMDN dan PMA) berdasarkan sektor usaha (lima besar) yang terbesar masih sektor primer, yakni tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan Rp 2,95 triliun. Kemudian, disusul listrik serta gas dan air Rp 1,05 triliun, industri makanan Rp 966,83 miliar, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp 181,48 miliar. Kemudian, transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp 86,93 miliar.
Empat tahun terakhir kontribusi Kalbar stagnan industrialisasinya. Kalau begini terus, daerah tidak bisa maju. Sudah tidak masanya lagi investasi dengan mengambil kayu di hutan dan hanya pada perkebunan.
Adapun realisasi investasi PMA berdasarkan asal negara (lima besar) adalah Singapura 90,56 juta dollar AS, China 71,66 juta dollar AS, Malaysia 8,98 juta dollar AS, Cayman Islands 8,73 juta dollar AS, dan Hong Kong 1,72 juta dollar AS.
”Realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada periode Januari-Maret 2019 mencapai 2.706 orang yang terdiri dari 939 orang di proyek PMDN dan sebanyak 1.767 orang di proyek PMA,” tuturnya.
Lebih berhati-hati
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman menilai, daerah sekarang hendaknya lebih berhati-hati dalam menerima investasi. Jangan hanya berkutat pada investasi sektor primer karena membuat daerah tidak maju.
”Investasi diperlukan daerah, tetapi jangan melulu di primer. Daerah butuh industrialisasi. Apalagi, empat tahun terakhir kontribusi Kalbar stagnan industrialisasinya. Kalau begini terus, daerah tidak bisa maju. Sudah tidak masanya lagi investasi dengan mengambil kayu di hutan dan hanya pada perkebunan,” kata Eddy.
Daerah jangan hanya bangga dengan investasi primer. Apalagi, ibu kota sudah resmi pindah ke Kalimantan Timur. Jika ingin mendapat efek positif dari pemindahan ibu kota negara, Kalbar hendaknya berani mengubah orientasi investasi dari yang semula hanya mengandalkan primer menjadi industrialisasi.
Apalagi, Kalbar sedang dalam proses penyelesaian pelabuhan samudra di Kabupaten Mempawah. Jika sudah selesai komoditas ekspor dari Kalbar akan langsung ke negara tujuan tanpa melalui Jakarta. Ini akan bisa dimanfaatkan jika berubah ke industrialisasi.