Tekan TKI Ilegal, Perempuan Muda Timor Diberdayakan Jadi Peternak
Sebanyak 2.000 perempuan muda dilibatkan dalam pengembangan ternak sapi di lima kabupaten di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur. Upaya tersebut menjadi salah satu upaya penyediaan lapangan pekerjaan guna menekan angka tenaga kerja wanita ilegal asal NTT ke luar negeri.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Sebanyak 2.000 perempuan muda dilibatkan dalam pengembangan ternak sapi di lima kabupaten di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur. Upaya tersebut menjadi salah satu upaya penyediaan lapangan pekerjaan guna menekan angka tenaga kerja wanita ilegal asal NTT ke luar negeri.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti, pada penutupan program penguatan organisasi masyarakat sipil lewat rantai nilai peternakan inklusif (SCILD), Selasa (27/8/2019), mengatakan, proyek SCILD berlangsung 3 tahun, yakni 2016-2019. Proyek ini berlangsung di lima kabupaten di Timor Barat, yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, dan Kabupaten Malaka.
“Sebanyak 2.000 kaum muda perempuan direkrut terlibat dalam proyek SCILD ini dan 210 anak muda perempuan sudah mendapatkan pendanaan dari koperasi. Meski sudah tiga tahun, tetapi sejak awal, Plan fokus pada pengembangan kapasitas dan pendampingan kaum muda memulai usaha,” kata Dini.
Sebanyak 2.000 kaum muda perempuan itu tersebar di 40 desa pada lima kabupaten. Pemilihan kaum muda perempuan ini diutamakan pada mereka yang sudah punya pengalaman dasar betenak sapi agar merasa memiliki dan mencintai pekerjaan ini.
Menurut Dini, program tersebut diyakini meningkatkan posisi sosial perempuan sekaligus memperkuat ekonomi kaum muda melalui dukungan berkelanjutan sektor peternakan. Sasaran kaum muda pada program ini berkisar 18-29 tahun.
Penutupan proyek SCILD melibatkan yayasan lokal, yakni Bengkel Advokasi, Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung serta Yayasan Sanggar Suara Perempuan Timor. Keterlibatan mereka dalam pelatihan dan pendampingan kaum muda perempuan dalam beternak.
Nur Isravivani, manajer Program Perdagangan/Pembangunan Ekonomi Daerah Uni Eropa selaku donatur proyek, mengatakan, proyek SCILD menelan biaya senilai Rp 15,6 miliar. Menurut dia, Uni Eropa memiliki kepedulian terhadap masalah perdagangan manusia di NTT bersama-sama pemerintah daerah.
Proyek ini mendorong kesetaraan anak perempuan dan perempuan muda di bidang usaha peternakan yang selama ini kebanyakan dikerjakan kaum pria. Adapun kasus perdagangan manusia di daratan Timor Barat banyak menjadikan kaum perempuan muda sebagai korban.
“Kami berharap proyek ini tidak hanya berkembang pada 2.000 kaum muda perempuan dan perempuan yang sudah mendapatkan program, tetapi mereka turut menularkannya kepada sesamanya untuk memulai usaha serupa. Pekerjaan ini sangat mudah, tidak membutuhkan tenaga luar biasa,” kata Nur.
Pengembangan kewirausahaan bagi perempuan tersebut diharapkan mengurangi angka tenaga kerja ilegal ke Malaysia. Dengan program itu, perekonomian di desa diharapkan meningkat dan anak-anak muda, khususnya perempuan bisa mandiri secara ekonomi.
Dukungan Uni Eropa bagi kaum muda untuk mengembangkan sektor peternakan, sesuai potensi sumber daya alam di Timor Barat. Meski proyek ini sudah berakhir oleh Plan Internasional, tetapi akan dilanjutkan Pemprov dan Pemkab setempat. Pasalnya, bantuan oleh Plan Internasional bersifat stimulan atau proyek percontohan.
Program tersebut dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas di tingkat anak muda untuk belajar bersama mengembangkan kemampuan beternak, akses terhadap permodalan, dan pasar. Mereka melakukan penggemukan ternak dalam satu kelompok beranggotakan 5 orang. Semakin tinggi hasil yang didapat dari penjualan ternak, pembagian terhadap anggota kian meningkat.
“Harapannya, mereka tidak hanya membesarkan ternak bersama-sama, tetapi tahu atau membayangkan berapa penghasilan yang diperoleh, setelah ternak itu dibesarkan. Kemudian mereka bisa terobsesi untuk menabung atau mengembangkan ternak lagi,” kata Nur.
Kepala Dinas Peternakan NTT Danny Suhadi mengatakan, Pemprov berkolaborasi dengan Plan Internasional sejak 2016. Ketika Pemprov mencari rekanan untuk mendampingi kaum muda memanfaatkan sumber daya lokal dengan wirausaha Plan Internasional menawarkan kerja sama tersebut.
Ia mengatakan, Pemprov NTT sedang berusaha agar kaum muda termasuk lulusan sarjana tidak hanya menggangungkan nasib pada lowongan pekerjaan sebagai PNS karena lowongan itu terbatas. Kaum muda harus mulai memanfaatkan potensi sekitar untuk memulai usaha di segala sektor termasuk peternakan.
“Sebagian dari mereka sudah menguasai teknologi digital. Tidak mendapat pendampingan secara rutin pun mereka sudah bisa belajar soal itu melalui akses internet. Bagaimana menjadi peternak yang sukses, ciri-ciri bibit ternak yang baik, berapa lama hingga bisa dijual, termasuk mencari pasar. Bahkan mereka bisa membuat aplikasi sendiri untuk berjualan di internet,” kata Suhadi.
Pemprov dan Pemkab di Timor Barat mendorong kaum muda perempuan agar tidak hanya beternak sapi, tetapi juga babi, ayam, kambing, dan kerbau. Hewan-hewan ini sudah terbiasa diternakkan di NTT sehingga tidak akan sulit. Suhadi menyebutkan, sebanyak 2.000 perempuan muda itu tergabung dalam 400 kelompok dengan anggota masing-masing lima orang.